Bhumibol Adulyadej

Bhumibol Adulyadej
Raja Bhumibol Adulyadej pada tahun 2010
Raja Bhumibol Adulyadej pada tahun 2010
Raja Thailand
Memerintah9 Juni 1946 – petahana
(67 tahun, 155 hari)
Koronasi5 Mei 1950
PendahuluAnanda Mahidol
Pangeran MakhotaMaha Vajiralongkorn
Perdana Menteri
PasanganSirikit Kitiyakara
(Sejak 28 April 1950)
Anak
Putri Ubolratana Rajakanya
HRH Pangeran Makhota Maha Vajiralongkorn
HRH Putri Maha Chakri Sirindhorn
HRH Putri Chulabhorn Walailak
WangsaKerajaan Mahidol
Dinasti Chakri
AyahMahidol Adulyadej, Pangeran Songkla
IbuSrinagarindra
Lahir5 Desember 1927
Cambridge, Massachusetts, Amerika Serikat
Tanda tanganTanda tangan Bhumibol Adulyadej
AgamaBuddha Theravada

Paduka Yang Mulia Raja Bhumibol Adulyadej (bahasa Thai: ภูมิพลอดุลยเ� ��ช; IPA: pʰu:mipʰon adunjadeːt; Tentang suara ini dengarkan ) (lahir di Cambridge, Massachusetts, Amerika Serikat, 5 Desember 1927) atau dikenal sebagai Raja Rama IX adalah Raja Thailand sejak 9 Juni 1946. Ia menjadi raja sejak usia 19 tahun. Ia merupakan anggota Dinasti Chakri yang bersekolah di Sekolah Mater Dei (Bangkok). Putra Pangeran Mahidol Adulyadej ini melanjutkan sekolah dasarnya ke Lausanne ketika sebagian keluarganya pindah ke Swiss. Ia menjadi sangat terkenal di dunia berkaitan jabatannya sebagai Kepala Negara.

Ia menghabiskan pendidikan SLTA di Lausanne dan mendapat nilai tinggi pada Sastra Perancis, Latin, dan Yunani. Ia kemudian belajar Ilmu Pengetahuan di Universitas Lausanne ketika kakaknya (Ananda Mahidol) menjadi raja tahun 1935. Tetapi, kematian misterius kakaknya di bulan Juni 1946 menjadikannya raja pada 9 Juni 1946.

Saat itu, ia tidak langsung naik takhta karena diminta menyelesaikan studinya di Swiss. Ia diminta belajar hukum dan ilmu politik yang berguna sebagai raja. Saat akhir studi, ia sering melihat pabrik otomotif di Perancis dan bertemu dengan sepupu jauhnya (Mom Rajawongse Sirikit Kitiyakara) yang juga seorang putri Duta Besar Thailand di Paris.

Cinta pun bersemi. Sirikit diminta meneruskan sekolah di Lausanne. Pada Juli 1949, keduanya bertunangan dan menikah pada Mei 1950. Pernikahan keduanya membuahkan empat anak, yaitu seorang putra dan tiga putri. Putra-putri raja terlibat penuh dalam proyek-proyek raja.

Bhumibol memerintah dengan seorang wakil raja hingga tahun 1950 dan naik takhta sebagai Raja Rama IX. Kepemimpinannya mendapat tempat di hati rakyat karena sentuhan-sentuhan pribadinya. Penggemar musik jazz dan lagu kontemporer, ia memperoleh anggota kehormatan dari Institut Musik dan Seni Wina (Austria). Ia selalu memberi waktu untuk menyerahkan diploma pada setiap lulusan universitas negeri di Thailand. Tugasnya itu kemudian diambil alih oleh putra-putri raja.

Raja yang gemar fotografi dan mengarang atau menerjemahkan ini dikenal seorang atlet berlayar dan memperoleh medali emas dalam Asian Games (SEA GAMES) pada tahun 1967 di Manila (Filipina). Ia juga selalu kontak dengan atlet-atlet negaranya yang meraih medali emas. Pada awal Juni 2006, raja merayakan peringatan ke-60 tahun kenaikan takhta. Para raja atau keluarga kerajaan dari 25 negara menghadiri acara peringatan tersebut.

Ketika berolahraga jalan kaki di sekitar istana pada 24 Juni 2006, raja terjatuh. Akibatnya terjadi keretakan di tulang iga, memar-memar pada punggung dan pundak. Kejadian ini turut menurunkan kesehatan raja yang juga telah menderita sumsum tulang belakang pada 1995. Kondisi itu didiagnosis sebagai penyakit tulang belakang yang terjepit pada 2003 dan raja telah mendapatkan terapi fisik penyembuhan sejak tahun 2005. Pada 20 Juni 2006, Raja masuk Rumah Sakit Siraraj di Bangkok untuk menjalani operasi tulang belakang dan ia datang bersama permaisuri Ratu Sirikit, empat anaknya, dan para cucu.

Dunia politik

Sebenarnya, raja enggan memasuki koridor politik. Tetapi, ketika menyangkut kehidupan rakyat banyak, ia tak bisa tinggal diam. Tahun 1973, secara jelas, ia menghendaki Marsekal Thanom Kittikachorn mundur dari rezim militer dan membentuk pemerintahan demokrasi. Menyusul kudeta tahun 1991, raja kemudian mendesak rezim militer pimpinan Jenderal Suchinda Kraprayoon mengadakan pemilu. Rakyat marah karena partai pemenang pemilu tahun 1992 menempatkan Jenderal Suchinda sebagai perdana menteri.

Raja memanggil Jenderal Suchinda dan Mayjen Chamlong Srimuang yang pro-demokrasi. Kedua jenderal menghadap raja sambil berlutut. Raja hanya minta agar demokrasi ditegakkan. Sejak itu, kudeta militer menjadi tabu. Pada ulang tahunnya yang ke-78 pada tahun 2005, raja mengkritik Perdana Menteri Thaksin Shinawatra agar bersedia menerima kritik karena itu adalah konsekuensi sebagai pemimpin.

"Jika Anda berpikir dia bertakhta untuk kekuasaan, Anda salah," demikian komentar umum tentang Raja Bumibol di Thailand dalam rangka Peringatan 50 Tahun Raja Bhumibol bertakhta pada tahun 1996 lalu.[1]

Bhumibol sendiri pada pidato ulang tahunnya pada tahun 2005 menyatakan bahwa ia tidak melarang dirinya dikritik. "Saya juga mesti dikritik. Saya tidak takut jika kritikan tersebut terkait dengan kesalahan yang saya lakukan karena dengan begitulah saya sadar telah melakukan kesalahan. Jika raja dikatakan tidak bisa dikritik, itu artinya raja bukan manusia," kata sang raja. "Anggapan bahwa raja tidak mungkin berbuat salah adalah penghinaan karena itu artinya raja bukan manusia. Saya bisa berbuat salah dan saya tidak takut dikritik langsung," kata sang raja.[2]

"Saya ingin menyatakan kalau saya bisa dikritik. Mungkin saya kadang-kadang membuat kesalahan. Kasih tahu saya saja kalau memang saya salah. Dan kalau seseorang mengkritik Raja, saya ingin tahu mengapa? Saya salahnya di mana?" kata sang raja.[3]

Kepemimpinannya yang telah 60 tahun di Thailand menjadikan raja sebagai kepala negara terlama di dunia. Keteladanan serta integritas Raja Bhumibol dirasa pantas diambil contoh. Hak dan kesejahteraan petani pun diambil seperti terlihat dengan kebijakan impor beras. Baginya, petani adalah segalanya. Raja juga mengharapkan kepada para politikus, aparat negara, dan segenap lapisan masyarakat untuk tidak selalu melibatkan raja agar terjadi proses pembelajaran politik di negaranya.

Referensi

  1. ^ "Thailand Mendalami Proyek Kerakyatan". 21 September 2003. Diakses 2009-12-20. 
  2. ^ "Royal Birthday Address: 'King Can Do Wrong'". National Media. 5 December 2005. Diakses 2007-09-26. 
  3. ^ "Hukum Lèse-majesté Thailand: Kebenaran Harus Diungkap". kbr68h. 15 December 2012. Diakses 2012-09-15. 

Lihat pula

Gelar kebangsawanan
Sebelumnya:
Ananda Mahidol
Raja Thailand
1946
Digantikan oleh:
Belum Ada
 
Di Asia
Sultan Agung  · Ramkhamhaeng · Naresuan · Narai · Taksin · Buddha Yodfa Chulaloke · Chulalongkorn · Bhumibol Adulyadej · Sejong yang Agung · Kangxi yang Agung · Asoka yang Agung · Kanishka · Mengrai · Akbar yang Agung · Yu yang Agung · Parākramabāhu I · Raja Raja Kola I · Gwanggaeto yang Agung · Anawrahta · Bayinnaung
 
Di Eropa
Konstantinus yang Agung · Alfred yang Agung · Pyotr I dari Rusia · Yekaterina II dari Rusia · Friedrich Wilhelm dari Brandenburg · Friedrich II dari Prusia · Alfonso III dari León · Henri IV dari Perancis · Herodes yang Agung · Kazimierz III dari Polandia · Karel yang Agung · Tigranes yang Agung · Ştefan III dari Moldavia · Pietro III dari Aragon · Ivan III dari Rusia · João I dari Portugal · Pompeius · Justinianus I · Knut yang Agung · Fernando I dari León dan Kastilia · Hugo yang Agung · Antiochus III yang Agung · Llywelyn yang Agung · Lajos I dari Hongaria · Louis XIV dari Perancis · Theodosius I · Guillaume V, Adipati Aquitania · Bolesław I dari Polandia · Sancho III dari Navarre · Theodoric yang Agung · Gustav II Adolf · Vytautas yang Agung · Rhodri yang Agung
 
Di Timur Tengah
dan Afrika
Ramses yang Agung · Aleksander yang Agung · Koresh yang Agung · Darius I dari Persia · Ahasyweros I dari Persia · Abbas yang Agung · Reza Shah · Mubarak Al-Sabah · Askia Mohammad I · Mithridates II dari Parthia · Nebukadnezar II dari Babilonia · Sargon dari Akkadia · Shapur II · Timur yang Agung · Umar yang Agung
 
Di Amerika


Sumber :
id.wikipedia.org, andrafarm.com, wiki.andrafarm.com, dsb.