Farida Oetoyo

Farida Oetoyo
Farida Oetoyo.jpg
Lahir7 Juli 1939
Solo, Hindia Belanda
Pekerjaanaktris, penari
DipengaruhiAlla Mihailovna, Martha Graham, Alvin Nicolais
PasanganSjumandjaja
AnakPernikahan dari Sjumandjaja:
Yudhistira
Wong Aksan
Orang tuaR Oetoyo Ramelan dan Maria Johanna Margaretha Te Nuyl

Farida Oetoyo (lahir di Solo, Jawa Tengah, 7 Juli 1939) adalah seorang maestro balet Indonesia.

Masa kecil

Dialiri darah leluhurnya yang seniman musik dan film terkenal. Ayahnya, R Oetoyo Ramelan, adalah pegawai tinggi Departemen Luar Negeri. Kariernya meningkat menjadi Duta Besar RI untuk beberapa negara Asia dan Eropa. Ibunya Maria Johanna Margaretha Te Nuyl. seorang wanita berdarah Belanda. Farida mempunyai dua adik laki-laki, Fajar Alam dan Satria Sejati. Tetapi sejak lama kedua adiknya hingga sekarang menetap dan menjadi warga Negara Kanada. Sejak kecil Farida tinggal di luar negeri bersama orang tuanya yang Duta Besar RI di Singapura, kemudian berpindah-pindah ke berbagai Negara di Asia dan Eropa. Ketika masa kanak-kanak, Fari kecil menyukai balet. Mula-mula belajar pada ‘Ballet Fine Arts of Movement, pimpinan Willy Blok Hansen. Di Singapura. Kemudian pindah ke Royal Academy of Dance di Canberra, Australia.

Masa remaja

Saat Fari menginjak usia remaja (14), mendadak ayahnya wafat akibat serangan jantung. Keadaan itu mengubah nasib keluarga yang ditinggalkan. Farida harus mampu hidup mandiri, Menerima realitas hidup yang serba sulit. Karena ia tak lagi sebagai anak Duta Besar yang menikmati fasilitas tetapi sebagai anak yatim. Keinginanya menjadi ballerina profesional terus menggebu. Beruntung ia mendapat tawaran beasiswa dari pemerintah Rusia, yang disambutnya dengan kegembiraan. Betapa tidak, Akademi Balet Bolshoi Moskwa, Rusia merupakan surga klasik dunia. Ini harus diterima.

Belajar di Akademi Balet Bolshoi

Selama empat tahun belajar di Akademi Balet Bolshoi, hampir setiap hari mulai pukul 09.00 sampai 21.00, Farida digembleng dan dilatih dengan penuh disiplin oleh gurunya Alla Mihailovna, wanita baya yang menurunkan ilmu balet klasik dengan penuh disiplin. Selain itu ia mendapat beberapa mata kuliah lainnya seperti sejarah kesenian, karakteristik, manjemen kesenian, drama pentas dan lain-lain

Farida Oetoyo, dinyatakan lulus Cum Laude setelah menempuh ujian di depan 50 pakar balet dunia yang mengujinya dengan pandangan dingin dan berwibawa. Sekaligus ia menyandang gelar "Artist of Ballerina". Selain menguasai balet klasik, Farida juga memperdalam balet modern di Amerika Serikat. Ia berguru pada tokoh balet modern, Martha Graham dan pernah berguru pula pada Alvin Nicolais, penganut balet modern di Amerika.

Kembali ke Indonesia

Sukses Farida dapat dipahami mengingat koreografer yang juga dijuluki balerina dunia ini telah meraup segudang pengalaman pentas di dalam mau pun mancanegara. Upaya pembinaan terus dilakukan dengan membuka sekolah balet ‘Nritya Sundara’ bersama Yulianti Parani di Jakarta tahun 1957. Usaha ini memicu perkembangan balet di tanah air. Di samping meningkatkan frekuensi pementasan balet memungkinkan blantika balet di tanah air semakin kondusif.

Karya-karya

Setidaknya dua nomor balet berlabel Rama & Shinta dan "Gunung Agung Meletus" merupakan karya masterpiece koreografer Farida Oetoyo. Di samping kedua karya besar ini, masih ada karya lainnya yang bisa di catat sebagai karya handal monumental. Di antaranya balet "Carmina Burana", "Putih-Putih" dan "Daun Fulus". "Gunung Agung Meletus" dan "Rama & Shinta", mendapat sambutan hangat saat dipentaskan di Teater Terbuka dan Teater Arena Taman Ismail Marzuki tahun 70-an. Tak heran bila angin segar menerpa penggemar balet di Indonesia. Publik sangat antusias menonton sajian berkualitas. Lima ribu tempat duduk yang tersedia di Teater Terbuka padat penonton. Bahkan kalangan pers juga mempunyai andil besar. Menyambut dengan menurunkan berirta dan artikel-artikel menarik di media cetak mereka.

Maestra balet

Tidaklah berlebihan bila Farida Oetoyo, yang pernah menjadi primadona di panggung balet dunia disebut sebagai "Maestra Balet" Indonesia, mengingat ia pernah bergabung dengan "Teater Bolshoi" di Rusia dan berpentas di sejumlah negara Eropa serta Amerika. Bahkan hingga sekarang masih aktif mengajar balet di sekolah balet "Sumber Cipta" miliknya di Ciputat Jakarta Selatan. Selain menjadi kepala sekolah dan direktur artistik sekolah tersebut, ia pun memimpin grup tarinya, Kreativität Dance – Indonesia. Grup tari ini diperuntukkan bagi penari-penari yang telah lulus dari Ballet Sumber Cipta dengan baik. Mereka terinspirasi oleh tari dan telah memutuskan untuk menjadikan tari hidup mereka.

Dunia film

Selain balet, Farida pernah juga merambah blantika film nasional. Ia membintangi beberapa film layar lebar antara lain film Perawan di Sektor Selatan, Apa Jang Kau Tjari, Palupi?, Bumi Makin Panas. Ia mampir di dunia film atas ajakan suaminya, sineas Sjumandjaja.

Filmografi

Kehidupan pribadi

Farida menikah dengan Sjumandjaja pada tahun 1962 di Moskwa, Rusia. Dua sejoli ini bertemu ketika keduanya sedang belajar di negeri Beruang Merah Rusia. Farida di Akademi Balet Bolshoi’ dan Sjumandjaja, belajar pada Akademi Sinematografi Gittes, di Moskwa, Rusia. Tetapi bahtera perkawinan yang baru berjalan sepuluh tahun kandas menabrak badai perceraian tahun 1972. Pasangan seniman kreatif ini dikaruniai dua orang anak laki-laki, Yudhistira dan Sri Aksan.

Pranala luar



Sumber :
andrafarm.com, wiki.kucing.biz, id.wikipedia.org, dsb.