Ibadah harian (Kristen)

Ibadah harian atau ibadat harian dalam tradisi Kristen adalah rangkaian ibadat sepanjang hari yang dilaksanakan pada jam-jam tertentu.[1] Ibadah harian mulanya dipraktikkan oleh jemaat Kristen, dengan mengambil pola kebiasaan agama Yahudi. Seperti kebiasaan dalam pelbagai mazhab agama Yahudi, tidak ada tata waktu dan praktik yang seragam untuk ibadah harian pada gereja awal.[2]

Maksud dan tujuan

Ibadah harian dimaksudkan menjadi sarana bagi umat untuk selalu berkomunikasi dengan Tuhan di dalam hidup sehari-hari. Hal itu dilaksanakan dengan menyisihkan waktu dan berdoa di dalam keheningan.[2] Praktek Ibadah harian atau doa individual telah dilakukan sejak zaman Perjanjian Lama antara lain tertulis di dalam Kitab Daniel 6 ayat 11: “...tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya...”.[3]

Praktik

Hingga awal abad ke-3 waktu doa yang lazim adalah sebagai berikut:[3]

  • Doa pagi dilakukan pada jam pertama, pukul 06.00, untuk mengingat Tuhan telah bangkit.
  • Doa jam ke-3 (Kisah Para Rasul 2:15) dan doa jam ke-6 (Kisah Para Rasul 10:9), sebab Ia adalah matahari dan terang yang benar.
  • Doa jam ke-9 (Kisah Para Rasul 3:1), sebab Tuhan telah menanggung sengsara yang hebat.
  • Doa Malam (Kisah Para Rasul 16:25), dilakukan pada pukul 17.00-18.00 atau pada malam hari sebab bagi anak-anak terang, malam adalah sama dengan siang.

Tradisi Hippolytus

Tradisi Rasuli dari Hippolytus (tahun 215) menguraikan waktu doa 7 kali sehari :

  1. Doa pembuka saat ayam berkokok, galli cantu, hal ini mengingat Petrus menyangkal Yesus
  2. Doa pagi dulu biasa disebut Laudes. Doa pagi dimaksudkan dan diatur untuk menyucikan pagi hari dan idealnya dilaksanakan sekitar fajar menyingsing, sesaat setelah bangun tidur dan biasa disebut saat teduh pagi
  3. Doa jam ketiga (tertia) setelah fajar dilakukan di rumah dengan berdoa dan bernyanyi, jika sedang keluar rumah cukup berdoa di dalam hati, untuk mengingat datangnya Roh Kudus.
  4. Doa jam keenam (sextia) setelah fajar atau pada tengah hari; hal ini mengingat saat penyaliban.
  5. Doa jam kesembilan (nona) setelah fajar atau jam tiga sore; hal ini mengingat air dan darah yang mengucur dari tubuh Kristus dan saat wafatNya.
  6. Doa senja dilakukan pada sore hari, lazim disebut Vesper. Maksud doa ini adalah untuk menyesali dan mengakui dosa-dosa serta bersyukur atas anugerah yang telah diterima pada hari tersebut. Hal ini mengingatkan saat Yesus dikubur.
  7. Doa completorium, doa penutup hari.

Lihat juga

  • Horarium yaitu tradisi Ibadah harian dalam Gereja Katolik.

Menurut Martin Luther

Ibadah harian di Gereja-gereja Reformasi, terutama Lutheran tetap diperhatikan. Martin Luther (1483-1546) dalam buku liturgi Deutsche Messe (1526) menetapkan dua kali doa sehari.[2] Ibadah pagi (matutinum) dengan pembacaan Perjanjian Lama, menyanyikan hymne Jerman dan hymne Latin. Ibadah senja (verpera) dengan pembacaan Perjanjian Baru dan menyanyikan Magnificat.[2]

Referensi

  1. ^ Maryanto, E. (2004). Kamus Liturgi Sederhana. Yogyakarta: Kanisius. hlm. 73. ISBN 9792103244. 
  2. ^ a b c d Rasid Rachman, Hari Raya Liturgi. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005.
  3. ^ a b Rasid Rachman, Pengantar Sejarah Liturgi. Tangerang: Bintang Fajar, 1999.


Sumber :
id.wikipedia.org, m.andrafarm.com, wiki.kurikulum.org, dsb.