Jabir bin Abdullah

Jabir bin 'Abdullah bin 'Hamran al-Anshari
Kun-yahAbu 'Abdullah
NamaJabir
Nasabbin 'Abdullah bin Amru bin Haram bin Ka’ab bin Ghanim bin Ka’ab bin Salamah al-Anshari as-Salami
Lahir-15 H (607/608 M)
Madinah, Arab Saudi
Wafat78 H (697/698 M)
Madinah, Arab Saudi
Sebab wafatDiracuni
Dimakamkan diMada'in, Iraq
EtnisOrang Arab
Wilayah aktifMadinah
FirkahSunni

Jabir bin 'Abdullah bin 'Hamran al-Anshari (Arab: جابر بن عبدالله بن عمرو بن حرام الأنصاري, lahir di Madinah, 15 sebelum Hijriah - meninggal di Madinah, 78 Hijriah pada umur 94 tahun) adalah sahabat setia Nabi Muhammad dan keturunannya, Syiah Imam dan ia telah meriwayatkan 1.547 hadits.

Ayahnya bernama Abdullah bin Amru, sedangkan ibunya bernama Nasibah binti 'Uqbah. Ia bersama ayahnya dan pamannya mengikuti Bai'at al-'Aqabah kedua di antara 70 sahabat anshar yang berikrar akan membantu menguatkan dan menyiarkan agama Islam. Ia juga mendapat kesempatan ikut dalam peperangan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad, kecuali perang Uhud, karena dilarang oleh ayahnya. Setelah ayahnya terbunuh, ia selalu ikut berperang bersama Nabi Muhammad.

Kehidupan

Awal Kehidupan

Jabir bin Abdullah lahir pada tahun 15 sebelum Hijriah di Yatsrib (sekarang Madinah). Dia berasal dari keluarga miskin dari Yatsrib. Dia berasal dari suku Khazraj. Ayahnya menikah dengan sepupunya dari pihak ayahnya.

Era Nabi Muhammad

Jabir bin Abdullah dikatakan telah memeluk Islam ketika ia masih kecil. Menurut ahli sejarah, ia diketahui telah berjuang dalam perang sebanyak 19 kali di bawah komando Nabi Muhammad. Dan dia juga datang pada saat menaklukkan Mekah.

Perang Uhud

Dalam perang Uhud, Jabir bin Abdullah tidak diizinkan oleh ayahnya untuk perang Uhud. Jabir bin Abdullah memiliki 7 saudara (beberapa ahli sejarah ada yang mengatakan 9) dan ayahnya ingin dia untuk mengurus keluarganya. Jadi, bukannya perang, tetapi Jabir bin Abdullah melayani tentara yang haus. Ayahnya tewas dalam perang Uhud bersama dengan saudaranya iparnya, Amru bin Jamuuh, keduanya telah mencapai hampir berusia 100 tahun.

Era Ali bin Abu Thalib

Dalam era ini, Jabir bin Abdullah ikut berjuang di semua 3 perang saudara besar yang bertarung dalam perang bersama Ali bin Abu Talib, yaitu Basra, Siffin, dan Nahrawan.

Era Husain bin Ali (bin Abu Thalib )

Karena usia tua dan kebutaannya, Jabir bin Abdullah tidak dapat ikut dalam perang Karbala (10 Oktober 680 Masehi) dimana cucu Nabi Muhammad, Husain bin Ali mati syahid. Namun, dia mendirikan praktek yang menandai Arba'iin.

Dia melakukan kunjungan ke makam Husain bin Ali di Karbala, bersama dengan salah seorang temannya, Attiya bin Saad bin Junadah (seorang sarjana). Jabir bin Abdullah membacakan sebuah ziaraat disana yang dikenal sebagai Ziaraat-i-Arba'iin .

Era Ali bin Husain (bin Ali)

Jabir bin Abdullah memiliki hidup yang panjang dan ia buta di usia tuanya. Tapi dia taat menunggunya saat dia akan bertemu dengan Muhammad bin Ali. Setiap pagi ia keluar dari rumahnya, duduk di pinggir jalan dan menunggu suara jejak untuk mengenali Imam kelima. Suatu hari seperti saat ia menunggu di jalan di kota Madinah, ia mendengar seseorang berjalan ke arahnya, suara langkah kakinya mengingatkannya pada cara nabi Muhammad berjalan. Jabir bin Abdullah pun berdiri, pria itu berhenti dan menanyakan namanya. Dia menjawab, "Muhammad", Jabir bin Abdullah bertanya, "Anak siapa?". Dia menjawab "Ali bin Husain". Jabir bin Abdullah langsung mengenali pria yang sedang berbicara dengannya, ia adalah Muhammad bin Ali. Dia mencium tangannya dan menyampaikan pesan dari nabi Muhammad.

Akhir Kehidupan

Jabir bin Abdillah wafat pada tahun 78 Hijriah atau 697 Masehi di usia 94 tahun di Madinah, dan dikebumikan di kota Madain. Dia memiliki kehidupan yang sangat panjang. Jabir bin Abdillah meninggal karena diracuni oleh Al-Hajjaj bin Yusuf Thaqfi karena kesetiaannya kepada Ahl al-Bayt.

Makam sebenarnya Jabir bin Abdullah

Warisan

Pada tahun 1932 (atau tahun 1351 Hijriah), raja Iraq yang bernama Shah Faisal I bermimpi dimana dalam mimpinya ia ditegur oleh Hudhaifah al-Yamani (salah seorang sahabat Nabi Muhammad) yang berkata, "Wahai raja! Ambillah jenazahku (Hudhaifah al-Yamani) dan jenazah Jabir bin Abdullah dari tepian sungai Tigris dan kemudian kuburkan kembali di tempat yang aman karena kuburanku sekarang dipenuhi oleh air dan kuburan Jabir bin Abdullah juga sedang dipenuhi oleh air."

Mimpi yang sama terjadi berulang-ulang pada malam-malam berikutnya akan tetapi raja Faisal I tidak peduli dengan mimpi itu karena ia merasa ada hal-hal lain yang jauh lebih penting dalam kehidupannya yang berupa urusan-urusan kenegaraan. Pada malam ketiga Hudhaifa al-Yamani hadir dalam mimpi Mufti Besar Iraq. Hudhaifa al-Yamani berkata dalam mimpi sang Mufti itu, "Aku telah memberitahu raja dua malam sebelumnya untuk memindahkan jenazahku akan tetapi tampaknya ia tidak peduli. Beritahukanlah kepada raja agar ia mau sedikit berempati untuk memindahkan kuburan-kuburan kami."

Lalu setelah mendiskusikan masalah ini, raja Faisal, disertai oleh Perdana Menteri dan Mufti Besar bermaksud untuk melaksanakan tugas ini. Diputuskan bahwa Mufti Besar akan memberikan fatwa mengenai hal ini dan Perdana Menteri akan memberikan pernyataan kepada pers supaya semua orang tahu tentang rencana besar ini. Kemudian,, diumumkan kepada umum bahwa rencana ini akan dilangsungkan pada tanggal 10 Dzulhijjah setelah shalat Dzhuhur dan Ashar. Kuburan kedua sahabat Nabi Muhammad itu akan dibuka dan jenazahnya (atau mungkin kerangkanya) akan dipindahkan ke tempat lain.

Karena pada waktu itu sedang musim haji, maka para jamaah haji juga ikut berkumpul di kota Mekah. Mereka meminta Raja Faisal I untuk menunda rencana itu selama beberapa hari agar mereka juga bisa melihat dengan mata kepala sendiri proses ekskavasi dari kedua tubuh sahabat nabi itu. Mereka ingin agar proses ekskavasi itu ditunda hingga mereka selesai beribadah haji. Akhirnya Raja Faisal setuju untuk menangguhkannya dan mengundurkannya hingga tanggal 20 Dzulhijjah.

Setelah shalat Dzuhur dan Ashar, pada tanggal 20 Dzulhijjah tahun 1351 Hijriah atau tahun 1932 Masehi, orang-orang berdatangan ke kota Baghdad. Yang datang bukan saja kaum Muslim melainkan juga kaum Non-Muslim. Mereka berkumpul di kota Baghdad hingga penuh sesak. Ketika kuburan Hudzaifa al-Yamani dibuka segera mereka melihat bahwa kuburan itu dipenuhi air di dalamnya. Tubuh Hudzaifa al-Yamani diangkat dengan menggunakan katrol dengan sangat hati-hati agar tidak rusak dan kemudian jenazah yang tampak masih sangat segar itu dibaringkan di sebuah tandu. Kemudian Raja Faisal beserta Mufti Besar, Perdana Menteri dan Pangeran Faruq dari Mesir mendapatkan kehormatan untuk mengangkat tandu itu bersama-sama dan kemudian meletakkan jenazah segar itu ke sebuah peti mati dati kaca yang dibuat khusus untuk menyimpan jenazah-jenazah itu. Tubuh Jabir bin Abdullah al-Ansari juga dipindahkan ke peti mati dari kaca yang sama dengan cara yang sama hati-hatinya dan dengan segenap penghormatan.

Kedua jenazah suci dari sahabat sejati Nabi yang kurang dikenal kaum Muslimin ini kelihatan masih segar dan tak tersentuh bakteri pengurai sedikitpun. Keduanya dengan mata terbuka menatap kedepan menatap kenabian yang mana keduanya membuat para penonton terperangah dan tak bisa menutup mulutnya. Selain tubuh keduanya yang tampak segar bugar, juga peti mati mereka yang juga tampak masih utuh dan baru dan juga pakaian yang mereka kenakan pada saat dikubur semuanya utuh dan kalau dilihat sekilas seolah-olah kedua sahabat nabi dan pahlawan Islam ini masih hidup dan hanya terbaring saja.

Kedua jasad suci ini akhirnya dibawa dan dikebumikan kembali di kuburan yang baru tidak jauh dari kuburan sahabat Nabi Muhammad lainnya yaitu Salman Al-Farisi yang terletak di Salman Park kurang lebih 30 mil jauhnya dari kota Baghdad.

Dia mengisahkan tentang 1.547 hadits (menurut beberapa ahli sejarah). Setelah wafatnya Nabi Muhammad ia digunakan untuk memberikan ceramah di Masjid Nabawi, Madinah, Mesir, dan Damaskus. Orang-orang berkumpul di sekitarnya di Damaskus dan Mesir untuk belajar tentang Nabi Muhammad dan hadits-Nya.

Pada tanggal 26 Februari 2006, Shrine of Salman Persia diserang oleh pemberontak dan rusak dalam kekerasan menyusul ledakan bom di Masjid al-Askari.

Daftar riwayat hadits

  • Hadits tentang Nabi Isa berdoa di belakang Mahdi
  • Hadits yang berhubungan dengan Mut'ah dan An-Nisa.
  • Sebuah narasi tentang kontrasepsi.

Lihat pula



Sumber :
m.andrafarm.com, wiki.gilland-ganesha.com, id.wikipedia.org, dsb.