Neokolonialisme
Neokolonialisme adalah praktik Kapitalisme, Globalisasi, dan pasukan kultural untuk mengontrol sebuah negara (biasanya jajahan Eropa terdahulu di Afrika atau Asia) sebagai pengganti dari kontrol politik atau militer secara langsung. Kontrol tersebut bisa berupa ekonomi, budaya, atau linguistik; dengan mempromosikan budaya, bahasa atau media di daerah jajahan mereka, korporasi tertanam di budaya dapat membuat kemajuan yang lebih besar dalam membuka pasar di negara itu. Dengan demikian, neokolonialisme akan menjadi hasil akhir relatif dari ketertarikan kepada bisnis yang jinak memimpin untuk merusak efek kultural.[butuh rujukan]
Kata 'Neokolonialisme' pertama kali diperkenalkan oleh Kwame Nkrumah, presiden pertama pasca-kemerdekaan Ghana, dan telah didiskusikan oleh banyak sarjana dan filsuf pada abad ke-20, termasuk Jean-Paul Sartre[1] dan Noam Chomsky.[2]
Lihat pula
Referensi
Pranala luar
- China, Africa, and Oil
- Mbeki warns on China-Africa ties
- "Neocolonialism" in Encyclopedia of Marxism.
- Neo-Colonialism: The Last Stage of Imperialism, by Kwame Nkrumah (former Prime Minister and President of Ghana), originally published 1965
- Comments by Prof. Jeffrey Sachs - BBC
- Harvard economist Jeffrey Sachs video (ram) - hosted by Columbia Univ.
- The myth of Neo-colonialism by Tunde Obadina, director of Africa Business Information Services (AfBIS)
- http://www.africahistory.net/imf.htm — IMF: Market Reform and Corporate Globalization, by Dr. Gloria Emeagwali, Prof. of History and African Studies, Conne. State Univ.
Kategori:
|
informasi.web.id, wiki.ggiklan.com, id.wikipedia.org, dsb.