Kesultanan Pelalawan
Negeri Kesultanan Pelalawan ﻛﺴﻠﺘﺎﻧﻦ ڤلالاون | |||||
| |||||
Lambang | |||||
Ibukota | Pelalawan | ||||
Bahasa | Melayu | ||||
Agama | Islam | ||||
Pemerintahan | Monarki | ||||
Sejarah | |||||
- | Didirikan | 1380 | |||
- | Penyerahan Kekuasaan kepada Pemerintah Indonesia | 1946 | |||
Warning: Value specified for "continent" does not comply |
Kesultanan Pelalawan, yang terletak di Kabupaten Pelalawan sekarang, merupakan bagian dari Kesultanan Siak sampai awal abad ke-19. Pada saat itu Sharif Abdul Rahman, saudara Sultan Ali dari Siak mengalahkan Sultan Yahya Abdul Jalil Muzaffar Syah dari Johor pada 1791. Dia mengambil alih kendali Pelalawan dan menjadi penguasa di sana, dan diakui oleh saudaranya Sultan Siak dan pemerintah Hindia Belanda pada 1811.
Raja Pelalawan terakhir, Sharif Harun Abdurrahman naik tahta di bawah perwalian pada 1930. Pada 1946 raja Pelalawan menyerahkan kekuasaan pada Republik Indonesia yang baru berdiri.
Pada 7 Agustus 2008 Lembaga Kerapatan Adat Melayu Pelalawan mengangkat Tengku Kamaruddin sebagai raja Pelalawan ke-10, dengan nama Assaidissyarif Kamarudin Haroen Tengku Besar Pelalawan.[1][pranala nonaktif]
Rujukan
- ^ HT Kamaruddin Diangkat Jadi Sultan Pelalawan Riau Pos Online, 8 Agustus 2008[pranala nonaktif]
Pranala luar
- (Inggris) Palalawan
- (Indonesia) Kesultanan Pelalawan di situs Melayu Online
|
id.wikipedia.org, andrafarm.com, wiki.kurikulum.org, dsb.