R. Soebono

Laksamana TNI R. Soebono

Raden Soebono (lahir di Yogyakarta, 27 Juni 1927) adalah KASAL periode 1973 - 1974. Saat itu situasi dan kondisi bangsa Indonesia masih dalam cengkeraman penjajah Belanda. Meskipun begitu sebagai anak seorang priyayi Jawa dia dapat menempuh pendidikan dasar bagi anak-anak pribumi yakni Hollands Indische School (HIS) dan menyelesaikannya pada tahun 1939. Menjelang kedatangan penjajah Jepang pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dapat diselesaikan pada tahun 1942, dua tahun kemudian tepatnya tahun 1944 pendidikan SMT (Sekolah Menengah Teknik) pun dapat diselesaikannya.

Pendidikan Kemiliteran

Setelah proklamasi kemerdekaan RI 17 Agustus 1945, R. Soebono memutuskan untuk bergabung dengan Angkatan Laut. Pada tahun 1947 dia mengawali pendidikan L.O (Latihan Opsir) di Kalibakung, Tegal. Satu tahun kemudian mengikuti pendidikan di Special Operation di Sarangan. Adapun pendidikan luar negeri yang diikutinya antara lain Spec Torpedo off Koninklijke Marine Den Helder negeri Belanda pada tahun 1952, Torpedo Control Course, Plymouth, Amerika Serikat tahun 1953, Motor Torpedo Boat (MTB) di Portsouth, 1953, Kursus Ulangan dan Tambahan Perwira (KUTP)/DIP tahun 1957 dan terakhir mengikuti pendidikan reguler di Seskoal Angkatan-2 pada tahun 1964. Penguasaan bahasa asing merupakan prasyarat utama bagi pengembangan karier para perwira Angkatan Laut dan R. Soebono mampu menguasai bahasa Ingris maupun Belanda. Selain itu Sebagai orang yang lahir dan dibesarkan di Jawa tentu saja dia dapat aktif berbahasa Jawa.

Karier dan Jabatan

Terhitung sejak tanggal 1 Agustus 1946 R. Soebono dengan pangkat letnan dua sudah bergabung dengan Angkatan Laut di Pangkalan IX ALRI Probolinggo menjabat Wakil Komandan Navigasi. Kemudian pada tahun 1948 dengan pangkat letnan satu menjabat Kepala Seksi AL Staf Umum II di Yogyakarta. Saat terjadi Aksi Militer Belanda ke-2 di Yogyakarta, dia sempat ditawan Belanda di kota tersebut dan kemudian dipindahkan ke Ambarawa. Sebagai seorang pelaut, jabatan yang diembannya tidak jauh dari kapal ke kapal. Setelah terjadi pengakuan kedaulatan RI, berturut-turut pernah dia menjabat sebagai Perwira I KRI Hang Tuah, Perwira I KRI Radjawali dan Komandan KRI Amphis. Pada tahun 1951 dia ditarik ke darat untuk menjadi Ajudan di Komando Daerah Maritim Surabaya (KDMS) dan kemudian kembali lagi ke laut menjadi Komandan KRI Tenggiri. Pada tahun 1952 ia diperbantukan ke Sekolah Angkatan Laut (SAL) di Pasiran, Surabaya dan setahun berikutnya menjabat Kepala Staf Eskwadron KRI Gadjahmada. Keahlian dan kecakapannya sebagai seorang pelaut, menjadikan dirinya dipercaya sebagai Instruktur di Institut Angkatan Laut (IAL), Surabaya pada tahun 1954. Selama dua tahun menjadi instruktur, pemimpin angkatan laut mempercayakan kembali kepadanya sebagai Perwira I KRI Gadjahmada. Dengan pangkat mayor laut, pada tahun 1957, R. Soebono ditunjuk menjabat sebagai Komandan KALU, setahun kemudian dia dipercaya kembali menjadi Perwira I RI Gadjahmada. Dasa warsa tahun 1950-an seringkali terjadi berbagai pemberontakan spratis bersenjata di berbagai daerah yang melibatkan anggota-anggota tentara. Oleh sebab itu tidaklah mengherankan apabila pada tahun 1957 R, Soebono ditunjuk menjadi hakim perwira di pengadilan tentara di kota Surabaya, Makassar maupun Ambon. Lebih kurang satu tahun menjadi hakim perwira, dari tahun 1950-1960 dia dipercaya menjabat sebagai Komandan Jenis Pembantu kapal Selam (Kojenkasel), Komandan KRI Siliwangi dan Komandan KT 203. Sejak tanggal 26 April 1961, ia dipromosikan menjadi Komandan Satuan Tugas (ST) 12, satu bulan kemudian pangkatnya naik menjadi letnan kolonel. Di tengah-tengah gencarnya pencananngankampanye perebutan Irian Barat ke pangkuan RI, R. Soebono diperbantukan ke D-I dan tidak lama kemudian dipromosi menjadi Kolonel, selain itu ia dipercaya juga sebagai Wakil Panglima Mandala merangkap Panglima Angkatan Laut Mandala. Selama kurun waktu tahun 1962 dia berturut-turut menjabat sebagai Deputi Penyajian Lemhanas dan Kepala Direktur Perumal. Terhitung tanggal 1 April 1965 pangkatnya dinaikkan menjadi Laksamana Pertama dan dua tahun kemudian dilantik lagi menjadi Laksamana Muda. Setelah meletusnya pemberontakan G 30 S/PKI dia dipercaya sebagai Deputi I Menpangal pada tahun 1966 dan pada waktu itu dipercaya sebagai Ketua Tim Latihan Armada dengan Pakistan. Selama dua tahun dia menduduki jabatan Ketua Dewan Kebijaksanaan TNI Angkatan Laut (Wanbijal) dari tahun 1967-1969. Penugasan di luar angkatan laut dijalaninya ketika dia ditunjuk menjadi Kepala Staf Umum Hankam sekaligus merangkap sebagai Kepala Staf Harian I Kopkamtib dari tahun 1969-1973. Puncak jabatan sebagai orang nomor satu di angkatan laut terhitung mulai tanggal 26 Juni 1973. Jabatan ini tidak lama diembannya, hanya sekitar 16 bulan karena terhitung mulai tanggal 23 Oktober 1974 pemerintah mempercayakan kepadanya untuk menjabat sebagai Duta Besar Berkuasa Penuh RI di Kerajaan Inggris[1].

Tanda Penghargaan

Selama mengabdi berbagai tanda jasa yang diberikan kepadanya antara lain berupa :

  1. Bintang Dharma
  2. Bintang Gerilya
  3. Bintang Jalasena Klas III
  4. Bintang Swa Bhuana Paksa Klas II
  5. Bintang Jalasena Klas II
  6. Bintang Sewindu
  7. Satya Lencana Sapta Marga
  8. Satya Lencana Satya Dharma (Trikora)
  9. Satya Lencana Wira Dharma (Dwi Warna)
  10. Satya Lencana Penegak
  11. Satya Lencana GOM III dan GOM VII
  12. Satya Lencana Kesetiaan XXIV Tahun
  13. Satya Lencana Perang Kemerdekaan I dan II

Rujukan

  1. ^ "Biografi LAKSAMANA TNI R. SOEBONO", Situs Resmi Angkatan Laut Republik Indonesia
Didahului oleh:
Sudomo
Kepala Staf TNI Angkatan Laut
1973-1974
Diteruskan oleh:
R.S. Subijakto


Sumber :
m.andrafarm.com, wiki.nomor.net, id.wikipedia.org, dsb.