Sabamban

Daerah Swapraja Sabamban yang berwarna hijau

Landschap Sabamban/Sebamban (EYD: Lanskap Sebamban) atau Kerajaan Sebamban[1][2]adalah suatu daerah pemerintahan swapraja yang dikepalai seorang bumiputera bagian dari Afdeeling Pasir en de Tanah Boemboe dalam pemerintahan kolonial Hindia Belanda di bawah kekuasaan Asisten Residen GH Dahmen yang berkedudukan di Samarinda.[3] Pemerintah swapraja daerah tersebut dikuasakan kepada seorang kepala bumiputera yaitu Pangeran Syarif Ali, putera dari Syarif Abdurahman Alaydrus Yang Dipertuan Kerajaan Kubu.[4] Sekarang wilayah swapraja ini menjadi kecamatan Angsana, Sungai Loban dan sebagian Kuranji.

Tahun 1849 pemerintah kolonial Hindia Belanda mengeluarkan Staatsblad van Nederlandisch Indië tahun 1849, berdasarkan Bêsluit van den Minister van Staat, Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie, pada 27 Agustus 1849, No. 8, daerah Sebamban ini termasuk dalam kawasan Tanah Bumbu dalam wilayah zuid en ooster-afdeeling[5]

Daerah Sabamban ini termasuk daerah-daerah pesisir yang diserahkan oleh Sultan Adam pada tahun 1826 kepada Hindia Belanda.[6]

Dalam tahun 1853 Landschap Sebamban berpenduduk sekitar 250 jiwa, tidak termasuk para penambang, kebanyakan orang Banjar dan beberapa orang Bugis. Daerah Sebamban ini menghasilkan intan, emas, batubara, beras, dan kayu.[7]

Dalam tahun 1898 Landschap Sabamban atau menurut istilah setempat Pulau Sabamban merupakan salah satu daerah landschap dalam Afdeeling Pasir en de Tanah Boemboe menurut Staatblaad tahun 1898 no. 178.[8]

Pada masa sekarang ini, Sebamban menjadi salah satu daerah penempatan transmigrasi di Kalimantan Selatan.[9]

Raja Sabamban

Penguasa (bestuurd door, banjar: lalawangan= pintu)) swapraja Sabamban bergelar Pangeran Syarif (bukan Sultan), yaitu :

  1. Pangeran Syarif Ali Al-Idrus bin Syarif Abdurrahman Al-Idrus[10][11]
  2. Pangeran Syarif Hasan
  3. Pangeran Syarif Qasim Al-Idrus bin Syarif Hasan Al-Idrus[12]

Lihat pula


Referensi

  1. ^ Administrative sub-divisions in Dutch Borneo, ca 1879
  2. ^ Native states (zelfbesturen) in Dutch Borneo, 1900
  3. ^ (Belanda) Veth, Pieter Johannes (1869). Aardrijkskundig en statistisch woordenboek van Nederlandsch Indie: bewerkt naar de jongste en beste berigten, Volume 3. P. N. van Kampen. 
  4. ^ Muhammad Syamsu As, Ulama pembawa Islam di Indonesia dan sekitarnya, Lentera, 1996
  5. ^ (Belanda) Staatsblad van Nederlandisch Indië, s.n., 1849
  6. ^ (Belanda) Tijdschrift voor Indische taal-, land- en volkenkunde, Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, 1860
  7. ^ (Belanda) Verhandelingen en Berigten Betrekkelijk het Zeewegen, Zeevaartkunde, de Hydrographie, de Koloniën, Volume 13, 1853
  8. ^ Saleh, Idwar; SEJARAH DAERAH TEMATIS Zaman Kebangkitan Nasional (1900-1942) di Kalimantan Selatan, Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah Pusat, 1986.
  9. ^ (Indonesia) Patrice Levang, Ayo ke tanah sabrang: transmigrasi di Indonesia, Kepustakaan Populer Gramedia, 2003 ISBN 979-9100-03-8, 9789799100030
  10. ^ (Belanda) Institut voor taal-, land- en volkenkunde von Nederlandsch Indië, The Hague, Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde van Nederlandsch-Indië, Bagian 4 M. Nijhoff, 1856
  11. ^ (Belanda) Verhandelingen en Berigten Betrekkelijk het Zeewegen, Zeevaartkunde, de Hydrographie, de Koloniën, Volume 13, 1853
  12. ^ Anak Cucu Pangeran Syarif Ali Alaydrus


Sumber :
wiki.ptkpt.net, id.wikipedia.org, ensiklopedia.web.id, dsb.