Hidayatullah dari Banjar
Sultan Hidayatullah I bin Sultan Rahmatullah | |
---|---|
Masa kekuasaan | 1570-1595 |
Gelar | 1. Hidajat-ollah[1] |
Pemakaman | Komplek Makam Sultan Suriansyah |
Pasangan | 1. Putri Nur Alam binti Pangeran Di-Laut |
Anak | 1. ♂ Raden Senapati (cucu Tuan Khatib Banun)[1] |
Wangsa | Dinasti Banjarmasin |
Ayah | Sultan Hidayatullah I |
Agama | Islam Sunni |
Sultan Hidayatullah I [6]bin Sultan Rahmatullah adalah Raja III dari Kesultanan Banjar yang memerintah antara 1570-1595. Ia menggantikan ayahnya Sultan Rahmatullah (Raja II Kesultanan Banjar). Dalam menjalankan roda pemerintahan Sultan Hidayatullah (ke-1) dibantu Kiai Anggadipa sebagai mangkubumi (kepala pemerintahan).[7]
Setelah wafatnya beliau mendapat gelar anumerta Panembahan Batu Irang atau Sunan Batu Irang, karena batu-batu yang menutupi makamnya berwarna hitam (bahasa Banjar:(h)irang). Ia senang memperdalam syiar agama Islam. Pembangunan masjid dan langgar (surau) telah banyak didirikan dan berkembang pesat hingga ke pelosok perkampungan. Ia ada memperistri anak dari Khatib Banun, seorang menteri Kesultanan Banjar yang berasal dari kalangan suku Biaju. Ia dimakamkan di Komplek Makam Sultan Suriansyah yang terletak di Kelurahan Kuin Utara, Kecamatan Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin.
Sultan Hidayatullah merupakan keturunan ke-8 dari Lambung Mangkurat dan juga keturunan ke-8 dari pasangan Puteri Junjung Buih dan Maharaja Suryanata. Maharaja Suryanata (nama lahir Raden Putra) dijemput dari Majapahit sebagai jodoh Puteri Junjung Buih (saudara angkat Lambung Mangkurat).
Menurut Buku 323 Sejarah Dinasti Ming (1368-1643), putera-puteri dari Sultan Hidayatullah I berjumlah 31 orang. Putera tertua yaitu Pangeran Senapati menggantikannya sebagai Sultan Banjar. Anak yang lainnya Gusti Nurasat yang menikah dengan Sorang bergelar Nanang Sarang, seorang panglima perang dari suku Biaju.[6]
Beliau mempunyai saudara sebanyak 2 orang yaitu :
- Pangeran Demang
- Raden Zakaria
Kemelut Politik Abad ke-17 Panggung sejarah Banjar pada abad ke-17 diwarnai dengan berbagai kemelut. Kemelut bermula pada masa pemerintahan Sultan Hidayatullah, pemegang pucuk pimpinan tertinggi kesultanan Banjarmasin (1570-1595). Konflik politik terjadi antara kelompok etnis Biaju dan Banjar. Saat itu dominasi politik dipegang etnis Biaju, dibawah pimpinan permaisuri seorang Biaju-Islam, puteri Khatib Banun, seorang tokoh Biaju. Ketika Sultan Hidayatullah mangkat, puteranya Mustain Billah dari permaisuri seorang Biaju, yang berhasil berkuasa dengan bantuan kelompok sukunya, melalui penyingkiran dan pembunuhan lawan politiknya. Keadaan inhi seiring dengan mulai berkembangnya perdagangan lada.
Lihat pula
Referensi
- ^ a b c d e (Belanda) Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, Lembaga Kebudajaan Indonesia (1857). Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde 6. Lange & Co. hlm. 240.
- ^ (Belanda) Cense, Anton Abraham (1928). De kroniek van Bandjarmasin. C.A. Mees,. hlm. 91.
- ^ Palm, “Geheim briefboek van Oost Java” Brif van Palm aan Siberg, dd 17 September 1785. KA 3597
- ^ http://www.kabarbanjarmasin.com/posti ng/raja-banjar-sejak-sultan-suriansya h.html
- ^ (Inggris) Saleh, Mohamad Idwar (1981). Banjarmasih. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Proyek Pengembangan Permuseuman Kalimantan Selatan.
- ^ a b (Melayu) Johannes Jacobus Ras, Hikayat Banjar diterjemahkan oleh Siti Hawa Salleh, Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka, Lot 1037, Mukim Perindustrian PKNS - Ampang/Hulu Kelang - Selangor Darul Ehsan, Malaysia 1990.
- ^ (Indonesia) Poesponegoro, Marwati Djoened; Nugroho Notosusanto (1992). Sejarah nasional Indonesia: Jaman pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia. PT Balai Pustaka. hlm. 86. ISBN 9794074098. ISBN 978-979-407-409-1
Didahului oleh: Rahmatullah | Sultan Banjar 1570-1595 | Diteruskan oleh: Mustainbillah |
id.wikipedia.org, m.andrafarm.com, wiki.kurikulum.org, dsb.