Anatta

Anatta dalam bahasa pali berarti "Tiada-Aku". Sebagai konsep merupakan antipola dari kata Atta yang berati "Aku". Dalam falsafah buddhis Anatta menunjukkan bahwa segenap hal-ihwal sesunguhnya tidak mempunyai inti yang tetap dan makna yang inheren dan langgeng. Dalam praktik bersemedi Anatta ditunjukkan melalui pengamatan diri sendiri, dimana tubuh, perasaan, pikiran dan kondisi jiwa dapat timbul dan menghilang, bergerak dan berubah tanpa kemampuan pengamat untuk menghentikan atau menciptakannya.

Konsep Anatta

Proses lahiriyah (perubahan sel- sel badan dan sebagainya) dan kejiwaan (timbulnya perasaan dan pikiran misalnya)berjalan tanpa ada pengaruh dari pengamat secara sadar tapi timbul akibat persyaratan persyaratannya sendiri. Konsep Anatta adalah konsep buddhis yang paling sulit dipahami sebab manusia terbiasa untuk memandang dengan titik tolak diri sebagai referensi. Dalam praktik semedi diri sendiri (yang merupakan kesatuan dari elemen lahiriyah dan bathiniyah) justru menjadi objek bagi pengamat, berkat pengamatan ini timbul pengetahuan bahwa proses proses lahiriyah dan bathiniyah berjalan sendiri di luar kehendak "Aku". Fakta ini diungkapkan dengan postulasi "Tiada-aku".

Ciri-ciri penunjukan tanda Anatta

Beberapa ciri pengalaman bathin yang menunjukkan tanda tanda Anatta adalah:

  1. Tidak adanya kemampuan menpengaruhi hal-ihwal;
  2. Apresiasi tentang hal-ihwal tidak kekal;
  3. Dalam mengamat diri dan hal ihwal terasa kekosongan nilai.

Titik terakhir ini oleh sebagian umat buddhis dianggap sangat penting dan disebut Sunyata (kekosongan). Anatta dan Sunyata merupakan dua kata bagi fenomena yang sama, tapi dilihat dari sudut pandang yang berbeda.

Refrensi



Sumber :
m.andrafarm.com, wiki.nomor.net, id.wikipedia.org, dsb.