Theo Syafei

Theo Syafei
Anggota DPR RI
Masa jabatan
2004–2009
Informasi pribadi
Lahir30 Juni 1941
Makassar, Sulawesi Selatan, Hindia Belanda
Meninggal29 April 2011
Jakarta, Indonesia
Suami/istriSuismiati
AnakAndi Widjajanto
Wisnu Gautama
Shinta Devanagari
Rizal Rinaldi
Alma materAkademi Militer Nasional 1965
PekerjaanPolitikus, purnawirawan TNI
Dinas militer
Pengabdian bagiIndonesia
Dinas/cabangLambang TNI AD.png TNI Angkatan Darat
PangkatMayjen pdh ad.png Mayor Jenderal
UnitInfanteri

Mayjen TNI (Purn) Theo Syafei (lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, 30 Juni 1941 – meninggal di Jakarta, 29 April 2011 pada umur 69 tahun)[1] adalah seorang politikus Indonesia dan juga purnawirawan perwira tinggi TNI-AD. Juga dikenal Semasa hidupnya Theo Syafei kerap menghebohkan tanah air dengan ceramah yang mendiskreditkan Islam dan Al-Qur’an. Menjelang ajal, dia diserang kanker otak langka selama setahun.Permusuhan Theo Syafei pada Islam Tahun 1998 silam, nama Theo Syafei menjadi pembicaraan karena kasus ceramah bernuansa SARA. Ceramahnya di hadapan aktivis gereja di Anyer, Jawa Barat, Kupang, dan Nusa Tenggara Timur dinilai menjelek-jelekkan Islam, Al-Qur’an, dan Presiden (waktu itu) Habibie. Isi ceramahnya amat pedas dan provokatif. Theo menuduh ICMI dan Muhammadiyah akan membentuk negara Islam. Partai-partai Islam seperti Partai Bulan Bintang, Partai Keadilan, PAN, dan partai Islam lain dituding sebagai bentukan tokoh Golkar, Akbar Tanjung. Harian milik umat Islam, Republika, disebut Theo sebagai “Republik Agama.” Theo meledek Habibie dan membandingkan Alkitab dengan Al-Qur’an. Theo menghina kitab suci umat Islam sebagai kitab yang tipis, tidak seperti Alkitab (Bibel) milik umat Kristen. “Al-Qur’an itu adalah buku yang begitu tipis, hanya 30 juz isinya. Hadits itu adalah perbuatan-perbuatan Nabi dan sahabat-sahabat Nabi ketika mereka masih hidup, yang kemudian diingat-ingat, bahwa perbuatan itulah yang harus dicontoh apabila kita tidak menemukan jawabannya di Qur’an. Tidak seperti Alkitab kita, semua kita bisa cari jawabannya di Alkitab, di Qur’an tidak,” ujar Theo bersemangat, sebagaimana ditranskrip oleh Harian Abadi. Kaset rekaman Theo itu menghebohkan karena beredar luas menjelang Tragedi Kupang 30 November 1998. Theo pun dituding sebagai provokator kerusuhan itu, karena Kaset itu  disebut-sebut menjadi pemicu kepada sekelompok umat Kristen di Kupang, sehingga merusak dan membakar madrasah, masjid, dan asrama haji. Ribuan warga muslim yang saat itu hidup damai harus mengungsi. Tuduhan ini tidak omong kosong. Pasalnya, Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Nusa Tenggara Timur menemukan kaset rekaman itu telah beredar luas di Kupang sebelum terjadi kerusuhan. Tabloid Abadi, edisi 24-30 Desember 1998 pun menurunkan kasus kaset Theo tersebut sebagai “Laporan Utama”, lengkap dengan transkrip utuh ceramah. Abadi juga menyebut adanya keterkaitan antara peredaran kaset ceramah dan kerusuhan di Kupang. Buntut dari ceramah provokatif tersebut, Theo Syafei menuai  reaksi keras dari berbagai ormas Islam: KISDI, ICMI, HMI (Himpunan Mahasiswa Islam), KAHMI (Keluarga Alumni HMI), PPMI (Persaudaraan Pekerja Muslim Indonesia), DDII (Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia), serta BKSPPI (Badan Kerja Sama Pondok Pesantren Indonesia). Diwakili oleh Asosiasi Pembela Islam (API), umat Islam mengadukan Theo Syafei ke Kepolisian Daerah (Polda) Metro Jaya, (5/1/1999), dengan tuduhan menghina dan mencemarkan nama baik umat Islam Indonesia. “Pernyataan macam itu tidak cuma memperlihatkan sifat phobia terhadap Islam, melainkan juga menimbulkan ketakutan di kalangan umat Kristen. Ini bisa mengadu domba kelompok beragama,” kata Hamdan Zoelva, Koordinator API, waktu itu. “Banyak hal yang menyangkut penyebaran permusuhan antarumat beragama. Pidato tersebut sangat provokatif dan bisa memecah-belah umat beragama. Dan itu melanggar Pasal 156 KUHP,” ujar Ketua Harian KISDI saat itu, Ahmad Soemargono. Menanggapi berbagai tudingan itu, Theo Syafei berkilah bahwa dirinya tak bermaksud melecehkan Islam. “Bagian dari nama saya, Syafei, berasal dari ayah saya yang bernama Muhammad Syafei yang beragama Islam. Melecehkan Islam sama saja melecehkan keluarga sendiri,” katanya. Theo Syafei lahir dari pasangan Muhammad Syafei Daeng Mambani dan Khatarina Yonas asal Banda, Maluku. Dengan apologi itu, Theo yang bernama lengkap Syafei Daeng Kulle hendak menjadikan status “putra daerah asal Makassar” sebagai tameng. Theo Syafei yatim saat berusia 11 tahun, sehingga ia diasuh oleh keluarga besar bapaknya yang muslim.




Sumber :
id.wikipedia.org, ilmu-pendidikan.com, wiki.kuliah-karyawan.com, dsb.