A Walk to Remember (novel)

Kan Kukenang Selalu
Novel AWTR.jpg
Sampul novel A Walk to Remember Terjemahan
PengarangNicholas Sparks
Judul asliA Walk to Remember
NegaraNorth Carolina
BahasaInggris (original) Indonesia (terjemahan)
GenreFiksi Romantisisme
PenerbitGramedia Pustaka Utama
Tanggal rilis1 Oktober 1999
Jenis mediaCetak (Paperback)
Halaman254
ISBNISBN 9796867567

A Walk to Remember adalah sebuah novel Romantisisme karangan penulis Nicholas Sparks. Novel ini sebagian besar berlatar tempat di Beaufort yang mengisahkan tentang hubungan percintaan antara dua anak muda yang masih duduk di bangku SMA yaitu Jamie Sullivan dan Landon Carter. Jamie adalah seorang anak pendeta Hegbert Sullivan.

Sinopsis

Sewaktu berusia tujuh belas tahun, hidup Landon Carter berubah selamanya. Dan semua karena Jamie Sullivan…

Jika cinta bisa memilih, Landon tentu tidak akan memilih untuk jatuh cinta pada Jamie. Gadis yang selalu membawa Alkitab ke sekolah, menyelamatkan binatang yang terluka, menjadi relawan di panti asuhan... gadis yang suci dan memiliki hati bak malaikat. Tak ada yang pernah mengajak Jamie kencan, dan Landon pun tidak pernah bermimpi untuk berkencan dengannya.

Sampai takdir menentukan lain... dan mengubah hidup Landon selama-lamanya.

Plot

Cerita ini dibuka dengan prolog dimana Landon sudah tua. Dia kemudian mulai kilas balik ke masa lalunya yakni tahun 1958. Landon menceritakan tentang keadaan kota Beaufort yang indah. Sudut pandang yang diambil adalah sudut pandang Landon Carter yang tinggal di Beaufort, North Carolina, yang terletak di pesisir dekat Morehead City. Landon menceritakan tentang daerah tempat tinggalnya tersebut termasuk seorang pendeta yang bernama Hegbert, keluarganya dan pendeta itu sangat tidak akrab bahkan saling menyinggung, dan pendeta itu mempunyai anak bernama Jamie Sullivan, Gadis yang rambutnya selalu dikuncir dan selalu membawa Alkitab kemanapun dia pergi. Dia juga teman sekelas Landon di Beaufort High School. Menceritakan bagaimana dia akhirnya akrab dengan Jamie hanya karena sebuah pesta homecoming yang diadakan sekolahnya dan Landon hanya bisa membawa Jamie karena yang lainnya sudah mempunyai pasangan masing masing.

“Aku mau pergi denganmu,” kata Jamie akhirnya, “dengan satu syarat.”

Aku menguatkan diri, sambil berharap syaratnya tidak terlalu berat. “Ya?”

“Kau harus berjanji bahwa kau tidak akan jatuh cinta padaku.”

Jamie yang berpenampilan berbeda dari yang lainnya dengan sweater yang ia kenakan adalah pilihan terakhir Landon untuk tidak membersihkan toilet. Namun pada akhirnya mereka dekat karena Landon ikut bergabung untuk pertunjukan drama, membantu Jamie menyukseskan drama yang ditulis ayahnya, meski diejek-ejek tetapi Landon selalu meyakinkan pada dirinya kalau dia berbuat sesuatu yang benar dan disana Landon berperan sebagai Tom Thornton dan Jamie sebagai Malaikat, dari sinilah Landon pertama kali terkagum-kagum dengan kecantikan alami Jamie.

Aku melirik ke arahnya. Dengan cahaya lampu yang menyinari wajahnya, ia tampak sama cantiknya dengan setiap orang yang pernah kulihat.

“Aku membelikan sesuatu untukmu,” kataku akhirnya. “Membelikan hadiah, maksudku.” Aku berbicara pelan agar tidak membangunkan gadis kecil yang tidur di pangkuannya, dan kuharap itu bisa menyembunyikan kecemasan dalam suaraku. Ia mengalihkan pandangannya dari pohon itu ke wajahku, sambil tersenyum lembut. “Kau tidak perlu membelikanku sesuatu.” Ia juga merendahkan suaranya, dan suaranya terdengar seperti musik di telingaku. “Aku tahu,” sahutku, “tapi aku mau.” Aku telah menyisihkan hadiah itu di satu sisi, dan menyerahkan bingkisan yang sudah dibungkus kertas kado itu padanya. “Bisakah kau membukanya untukku? Tanganku sedang sedikitpenuh saat ini.” Ia menatap si gadis kecil, kemudian menatap kembali ke arahku. “Kau tidak perlu membukanya sekarang, kalau kau sedang tidak bisa,” ujarku, sambil mengangkat bahu, “sebetulnya isinya tidak seberapa.” “Jangan begitu,” ujarnya. “Aku hanya ingin membukanya di hadapanmu.” Untuk menjernihkan pikiranku, aku menatap hadiah itu, dan mulai membukanya, dengan menarik selotipnya sedemikian rupa agar tidak menimbulkan banyak suara, kemudian melepaskan kertas kadonya dan sampai pada dusnya. Setelah menyisihkan kertas pembungkusnya, aku mengangkat tutup dus itu dan mengeluarkan sweternya, yang aku angkat untuk diperlihatkan kepadanya. Warnanya cokelat, seperti yang biasa dipakainya. Namun kupikir Jamie membutuhkan sweter baru. Dibandingkan dengan kegembiraan yang baru kusaksikan sebelumnya, aku tidak mengharapkan reaksi berlebihan. “Lihat, cuma ini. Aku sudah bilang tadi isinya tidak seberapa,” ujarku. Aku berharap ia tidak kecewa menerimanya. “Bagus sekali, Landon,” ujarnya tulus. “Aku akan memakainya saat bertemu denganmu lagi. Terima kasih.” Kami duduk diam selama beberapa saat, dan aku kembali memandangi lampu-lampu di pohon Natal. “Aku juga membawa sesuatu untukmu,” bisik Jamie akhirnya. Ia melayangkan pandangan ke arah pohon, dan aku mengikuti pandangannya. Hadiahnya masih tergeletak di bawah pohon, agak tersembunyi di balik batang pohon itu, dan aku meraihnya. Bentuknya persegi, lentur, dan agak berat. Aku meletakkannya di atas pangkuanku dan membiarkannya di sana tanpa berusaha untuk membukanya. “Bukalah,” ujarnya, sambil menatapku. “Kau tidak bisa memberikan ini kepadaku,” ujarku dengan napas terkecat. Aku sudah tahu apa isinya, dan aku tidak mempercayai apa yang telah dilakukan Jamie. Tanganku mulai bergetar. “Please,” ujarnya padaku dalam suara yang teramat lembut, “bukalah. Aku ingin kau memilikinya.” Dengan ragu aku membuka bungkusnya perlahan-lahan. Ketika kertas kadonya akhirnya lepas, aku memegang hadiah itu dengan hati-hati, takut merusaknya. Aku menatapnya, dengan penuh emosi, dan perlahan-lahan tanganku mengusap bagian atasnya, menelusuri sampul kulitnya yang sudah mulai usang sementara air mataku mulai mengambang. Jamie mengulurkan tangannya dan meletakkannya di atas tanganku. Rasanya hangat dan lembut. Aku melirik ke arahnya, tak tahu harus berkata apa. Jamie telah memberikan Alkitab-nya kepadaku. “Terima kasih atas apa yang telah kaulakukan,” bisiknya padaku. “Ini merupakan Natal terbaik yang pernah kualami.”

Aku berpaling tanpa menjawab dan mengulurkan tanganku ke arah aku meletakkan gelasku sebelumnya. Lagu Silent Night masih terdengar, musiknya memenuhi seluruh ruangan.

Sampai Landon dikejutkan Jamie dengan pengakuannya kalau dia mengidap Leukimia. Namun, Landon tetap mencintai Jamie dan berjanji pada dirinya sendiri dan Jamie bahwa dia akan memberikan sebuah jalan yang akan dikenang selamanya. Dalam novel ini terdapat adegan sederhana namun selalu terkesan romantis.

Adaptasi film

Pada tahun 2002, novel ini diadaptasi menjadi film dengan judul yang sama.

Pranala luar



Sumber :
ilmu-pendidikan.com, wiki.kurikulum.org, id.wikipedia.org, dsb.