Al-Mutawakkil

Al-Mutawakkil (821-861) adalah khalifah ke-10 Bani Abbasiyah (847-861).

Ja'far al-Mutawakkil adalah putra al-Mu'tasim Billah (833-842) dan seorang wanita Persia. Ia menggantikan saudaranya al-Watsiq (842-847) dan dikenal menyelenggarakan "mihnah", percobaan seperti inkuisisi untuk menegakkan satu versi murni Islam. Selama masa pemerintahan, pengaruh Mu'tazilah berkurang dan masalah kemakhlukan al-Qur'an berakhir. Selama tahun-tahun pertama pemerintahannya, al-Mutawakkil menunjukkan rasa toleran terhadap Imam Syi'ah yang mengajar dan berdoa di Madinah. Setelah meninggalnya al-Mutawakkil, Syi'ah mengalami penindasan; makam Husain bin Ali di Karbala dihancurkan.

Al-Mutawakkil terus mengandalkan negarawan Turki dan pasukan budak untuk meredam pemberontakan dan memimpin pasukan menghadapi kekuasaan asing, seperti Bizantium yang wilayahnya di Sisilia berhasil direbut. Wazirnya al-Fath bin Khaqan, seorang Turki, adalah tokoh terkenal pada masa pemerintahannya. Namun, kepercayaannya pada orang Turki berbalik menghantuinya. Ia menitahkan pembunuhan terhadap panglima tertingginya yang notabene orang Turki. Hal ini menyebabkan pengaruhnya melorot drastis.

Al-Mutawakkil dibunuh oleh seorang prajurit Turki pada tanggal 11 Desember 861. Konon, pembunuhan ini merupakan bagian dari plot yang direncanakan oleh putranya al-Muntashir, yang menjadi jauh dari ayahandanya.

Pemerintahan al-Mutawakkil diingat akan reformasi-reformasinya dan dipandang sebagai masa keemasan Bani Abbasiyah. Ia adalah khalifah terbesar terakhir Abbasiyah; setelah kematiannya khilafah mulai mundur.

Didahului oleh:
al-Watsiq
Khalifah Bani Abbasiyah
(847861)
Diteruskan oleh:
al-Muntashir


Sumber :
wiki.kelas-karyawan.co.id, id.wikipedia.org, m.andrafarm.com, dsb.