Mungkid (kota)

Loka Wisata Candi Mendhut, Kota Mungkid

Kota Mungkid adalah ibu kota Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Kota Mungkid terletak sekitar ± 15 Km dari Kota Magelang, ± 30 Km dari Kota Yogyakarta, dan ± 95 Km dari Kota Semarang. Pusat kota berada di kelurahan Sawitan. Seluruh kantor dinas atau instansi Pemerintah Kabupaten Magelang berada di sini. Bahkan, kantor-kantor milik pihak swasta juga ada di kota ini. Kota Mungkid berdiri sejak tanggal 22 Maret 1984 menggantikan Kota Magelang sebagai ibukota Kabupaten Magelang setelah Kota Magelang melepaskan diri dari bagian Kabupaten Magelang menjadi sebuah kota. Sehingga, setiap tanggal 22 Maret diperingati oleh warga Kabupaten Magelang sebagai Hari Jadi Kota Mungkid. Padahal, Kabupaten Magelang sendiri tidak pernah memperingati hari jadinya karena tidak ada yang tahu sejak kapan Kabupaten Magelang berdiri. Banyak orang menyebut kota ini sebagai kota administratif dan kota alternatif. Kota Mungkid berada di jalur wisata menuju Candi Borobudur yang berjarak sekitar 4 Km dari pusat Kota Mungkid yaitu di kelurahan Sawitan.

Sejarah

Gedung Pemda Kabupaten Magelang

Pasca kemerdekaan berdasarkan UU Nomor 22 Tahun 1948 Kota Magelang berstatus sebagai ibu kota Kabupaten Magelang. Namun berdasarkan UU Nomor 13 Tahun 1950, Kota Magelang berdiri sendiri sebagai daerah yang diberi hak untuk mengatur Rumah Tangga sendiri. Sehingga ada kebijakasanaan untuk memindahkan ibu kota Kabupaten Magelang ke daerah lain. Selain itu dasar pertimbangan lainnya adalah nantinya pemindahan Ibukota lebih berorientasi pada startegi pengembangan wilayah yang mampu menjadi stimulator bagi pertumbuhan dan perkembangan wilayah. Selanjutnya dari 4 alternatif Ibukota yang dipersiapkan yaitu kecamatan Mungkid, Muntilan, Secang dan Mertoyudan, akhirnya kecamatan Mertoyudan dan kecamatan Mungkid dengan pusat kota di kelurahan Sawitan terpilih untuk menjadi ibu kota Kabupaten Magelang dengan nama Kota Mungkid berdasarkan PP Nomor 21 Tahun1982. Peresmian Kota Mungkid dilakukan pada tanggal 22 Maret 1984 oleh Gubernur Jawa Tengah HM Ismail. Momentum inilah yang dipakai menjadi dasar Hari Jadi Kota Mungkid. Pada saat ini, di Kabupaten Magelang lebih dikenal adanya Hari Jadi Kota Mungkid dari pada Hari Jadi Kabupaten Magelang karena tanggal dan bulannya masih belum diketahui secara pasti maka tahun 1801 tidak ditetapkan menjadi Hari Jadi Kabupaten Magelang.

Geografi

Kota Mungkid terbagi atas 2 wilayah kecamatan yaitu kecamatan Mertoyudan bagian Selatan dan kecamatan Mungkid bagian Utara yang wilayahnya meliputi 7 kelurahan yaitu Blondo, Deyangan, Ngrajek, Pasuruhan, Rambeanak, Sawitan, dan Mendhut. Kota Mungkid berbatasan dengan Kecamatan Mertoyudan di sebelah Utara, Kecamatan Borobudur dan Kecamatan Kalibawang (Kabupaten Kulonprogo) di sebelah Barat, Kecamatan Muntilan di sebelah Selatan, Kecamatan Mungkid dan Kecamatan Sawangan di sebelah Timur. Jalan utama atau jalan protokol di wilayah Kota Mungkid meliputi Jl. Mayor Unus, Jl. Letnan Tukiyat dan Jl. Mayor Kusen. Pada tahun 2012, guna menghormati jasa para Pahlawan maka jalan-jalan di perkotaan Kabupaten Magelang akan diganti. Termasuk di wilayah Kota Mungkid dan Muntilan. Untuk jalan di Kota Mungkid yaitu Jl. Letnan Tukiyat akan digeser dari pertigaan Masjid An-Nur hingga Jembatan Gending, selajutnya Jembatan Gending hingga ke Tanjung menjadi Jl. Mayor Unus, sedangkan jalan antara pertigaan Blondo hingga persimpangan Sawitan berubah nama menjadi Jl. Soekarno-Hatta. Untuk ruas jalan antara persimpangan Sawitan hingga Salaman menjadi Jl. Jend. Soedirman, pertigaan Karet hingga persimpangan Pabelan menjadi Jl. Mayor Kusen, sedangkan dari pertigaan Karet hingga kompleks Wisata Candi Borobudur diberi nama Jalan Raya Borobudur.

Ekonomi dan Transportasi

Perekonomian di Kota Mungkid tidak begitu pesat, itu terlihat bahwa tidak adanya pasar di pusat kota dan tidak begitu banyak pertokoan apalagi mall, paling tidak hanya sebatas supermarket atau minimarket saja. Tidak seperti di Kota Magelang dan kecamatan Muntilan, yang terkenal memiliki pusat perdagangan seperti pasar umum dan pertokoan pecinan. Memang, ritme perkembangan Kota Mungkid yang masih berjalan lambat ini diakibatkan karena pusat pemerintahan kabupaten itu tidak didesain sebagai kawasan keramaian tetapi menyediakan layanan kepada masyarakat agar sejahtera. Kota Mungkid juga belum memiliki Terminal bis, seperti layaknya ibu kota Kabupaten lain seperti Purwokerto, Slawi, dan Purwodadi. Bis-bis yang menuju ke Kota Mungkid, selama ini berhenti di Terminal Bis Borobudur.

Jasa Drh. Soepardi

Andai drh Soepardi masih hidup, tentu ia akan bangga melihat perubahan wajah desa-desa yang sekarang menjadi komponen pembentuk Kota Mungkid. Ismail Saleh, mantan menteri kehakiman pada masa Orde Baru, tentu tidak berani berseloroh lagi seperti dulu,Kota kok (isinya) sawah semua !. Berkat perjuangan Soepardi, yang ketika itu menjabat bupati, ibu kota kabupaten dapat dipindah ke Kota Mungkid.

Soepardi memang tidak sempat menyaksikan proses pemindahan dan peresmiannya, karena Tuhan memanggilnya pada 16 Agustus 1983, atau tujuh bulan sebelum momen bersejarah tersebut. Namun semangat untuk membangun dan memajukan daerahnya bisa menginspirasi para penerusnya, juga bagi masyarakat di kabupaten ini. Apalagi Kota Mungkid dan beberapa wilayah lain di daerah ini masih memerlukan banyak sentuhan fisik.

Sampai saat ini Kota Mungkid memang belum bisa menjadi ibu kota kabupaten yang komplet. Masih banyak fasilitas kota yang belum dimiliki, seperti ruang publik bernama alun-alun (hanya ada Lap. Drh. Soepardi), stadion, pasar, terminal, pusat hiburan, dan lain-lain. Jangan-kan pasar modern, sekadar pasar tradisional pun kota ini belum memilikinya. Paling hanya beberapa supermarket kecil dan toko sembako modern.

Namun, kini di Kota Mungkid sudah lumayan. Jalan Utama yaitu Jalan Letnan Tukiyat tampak bersih dan indah layak seperti sebuah kota sungguhan. Bahkan ada sebuah SPBU, Museum H Widayat, Kolam renang Karet (merupkan kolam renang terbesar di Kabupaten Magelang), Masjid Agung An-Nuur, dan Vihara. Tak ada mall dan plaza, kecuali beberapa supermarket kecil, warung kelontong, warung makan, dan kios fotokopi. Jalan protokol pun hanya 3, Jl. Letnan Tukiyat, Jl. Mayor Unus dan Jl. Mayor Kusen. Suasana kota hanya hidup selama jam kantor hingga sore hari saja. Setelah itu sunyi dan malamnya senyap. Kecuali jika ada pertunjukan konser musik maupun wayang kulit di Lap. Drh. Soepardi. Tapi saat musim mudik lebaran, kota ini baru terlihat ramai dan padat. Karena kota ini dijadikan sebagai jalur alternatif menuju Purworejo, Yogyakarta, Semarang dan Temanggung. Selain itu, saat musim liburan para wisatawan yang menuju Candi Borobudur pasti melewati kota ini. Sehingga sering menimnulkan kemacetan sepanjang jalan-jalan di Kota Mungkid

Sembilan tahun lalu, ketika masih menjabat bupati, Drs. H. Hasyim Afandi pernah bercanda dengan koleganya dari Jakarta. Seandainya Bapak pernah datang ke kota ini 20 tahun silam, pasti tidak akan tersesat. Karena jalannya ya masih ini saja (Jl Letnan Tukiyat), kata Hasyim.

Fakta ini jauh berbeda dari Kota Kajen, ibu kota Kabupaten Pekalongan. Meski usianya baru sebelas tahun, perkembangan Kota Kajen terlihat sangat pesat. Berbagai fasilitas yang tak dimiliki Mungkid bisa dijumpai di Kajen, termasuk rumah sakit umum. Wajar jika muncul anggapan dari sebagian elemen masyarakat, bahwa perkembangan kota ini berjalan lamban.

Dalam berbagai kesempatan, Bupati Magelang Ir. Singgih Sanyoto juga tak menampik anggapan masyarakat seperti itu. Tetapi hal ini justru menjadi blessing in disguise (berkah terselubung), sebagaimana dikemukakan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) setempat, Drs H Chairiel Wasthonny MSi.

Menurut Wasthonny, ada sedikit persoalan tentang Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTK) pada masa lalu -baik menyangkut rencana tata guna tanah maupun rencana bagian wilayah kota dan pusat lingkungan. Ini perlu diluruskan atau disempurnakan sebelum dilaksanakan.

Kalah Pamor

Terlepas dari persoalan itu, ada masalah lain yang membelit Kota Mungkid. Sampai sejauh ini, tatkala usianya sudah memasuki 27 tahun, kota ini masih kalah pamor dari wilayah lain di Kabupaten Magelang. Misalnya Secang, Muntilan, dan Mertoyudan.

Cobalah bertanya kepada penduduk di luar daerah Kedu, sebagian besar pasti mengaku asing dengan Kota Mungkid. Mereka justru lebih mengenal Blabak sebagai Mungkid yang sebetulnya Blabak adalah pusat kecamatan Mungkid di jalur utama Magelang-Yogyakarta.

Mereka justru lebih mengenal Mendut, yang sebenarnya merupakan salah satu dari tiga kelurahan/desa pembentuk Kota Mungkid. Selain Mendut, Kota Mungkid juga membawahi Kelurahan Sawitan. Keduanya berada di Kecamatan Mungkid, serta Desa Deyangan di Kecamatan Mertoyudan.

Penduduk kabupaten yang ingin mengurus surat-surat ke kantor Pemkab pun biasanya akan menjawab mau pergi ke Sawitan atau menyebut Kabupaten saja ketimbang ke Kota Mungkid atau paling tidak hanya menyebut Mungkid saja (di kelurahan Blabak). Usai pemindahan ibu kota, seluruh kantor pemerintahan memang dipusatkan di Kelurahan Sawitan, Kota Mungkid. Tinggal dua kantor saja yang masih tertinggal di wilayah Kota Magelang yaitu Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil serta Dinas Tenaga Kerja.

Ya, kami memang perlu mencari jatidiri Kota Mungkid agar dapat lebih dikenal masyarakat. Upaya ini sekaligus bisa membangun kebanggaan warga Kota Mungkid pada khususnya dan masyarakat kabupaten pada umumnya, ujarnya saat ditemui Suara Merdeka di kantornya, Jl. Letnan Tukiyat 59, Kota Mungkid.

Mencari jatidiri hakikatnya adalah menciptakan brand image mengenai Kota Mungkid. Muntilan dikenal orang karena punya kekhasan memiliki tape ketan dan patung batu. Mertoyudan dikenal sebagai pusat perdagangan dan industri karoseri, termasuk New Armada yang termasuk karoseri papan atas di Indonesia dan akhir ini sedang membangun sebuah mall besar di Kedu yang diberi nama Armada Town Square (ARTOS).

Sedangkan Secang populer karena keberadaan pabrik pemintalan, berada di persimpangan jalan provinsi menuju Semarang, Temanggung dan Magelang serta letak terminalnya yang memang strategis. Jangan tanya soal Borobudur, karena kawasan ini sudah kondang di mancanegara, melalui keberadaan candinya. Kekhasan inilah yang belum dimiliki Kota Mungkid. Tetenger kota ini pun tidak terlihat di pertigaan jalan raya Magelang-Yogyakarta. Tugu di pertigaan tersebut tidak bisa dijadikan petunjuk bagi pengguna jalan. Harusnya dipasang gapura atau plang besar yang bertuliskan jalan menuju KOTA MUNGKID pada setiap persimpangan jalan menuju Kota Mungkid misalnya di pertigaan Tanjunganom, di pertigaan Pabelan dan juga di pertigaan Blondo.

Keterlibatan Stakeholder

Ketika jatidiri belum tergenggam, sulit bagi pemerintah daerah untuk membangun kebanggaan warga, sebagaimana semangat awal tatkala hendak memindah ibu kota kabupaten ke Mungkid. Dua persoalan besar ini perlu dipecahkan bersama oleh seluruh stakeholder, dan bukan sekadar ditangani pihak eksekutif dan legislatif saja.

Upaya mencari jatidiri dan membangun kebanggaan warga, sebenarnya Pemkab Magelang sudah mulai merintisnya. Hanya caranya saja yang berbeda. Misalnya menyusun master plan, di mana Kota Mungkid tetap dipadukan dengan kawasan Borobudur hingga tahun 2014.

Upaya ini, menurut Bupati Singgih Sanyoto, dibarengi dengan rencana strategis bidang pariwisata. Misalnya dengan mengembangkan kawasan wisata alternatif seperti Ello Rafting dan Outbound. Ini sekaligus untuk memecah konsentrasi wisata ke tempat-tempat lain di wilayah Kota Mungkid, kata dia. Bahkan

Mempercepat Pembangunan

Seyogyanya kesuksesan itu juga memberi inspirasi untuk mempercepat pembangunan Kota Mungkid. Pemkab tidak bisa bekerja sendiri, mengingat keterbatasan anggaran. Perlu menggandeng kalangan investor untuk merealisasikan obsesi menjadikan Mungkid sebagai kota satelit di wilayah Kedu dan DIY.

Rencana yang sedang dirintis antara lain melengkapi berbagai fasilitas umum yang biasa dimiliki kota lain, misalnya pembangunan alun-alun, stadion olah raga yang sudah diusulkan oleh warga Kabupaten Magelang kepada Bupati sebagai stadion kandang Persikama, sarana hiburan, pusat pertokoan seperti pecinan, hingga pusat perbelanjaan. Sedangkan pembangunan pasar tradisional direncanakan di Desa Deyangan, agar tidak mengganggu desain umum Kelurahan Sawitan dan Mendut.

Proyek Mini Mundo yang sejak dulu telah direncanakan pun sampai sekarang juga tak terdengar kelanjutannya. Padahal tahun lalu pemda sudah membebaskan tanah untuk itu seluas 10 ha dengan biaya APBD. Disitu akan didirikan replika bangunan tujuh keajaiban dunia. Yakni Piramid dan Sphink, Taj Mahal, Tembok China, Candi Borobudur, Menara Pisa, Hanging Garden, dan Menara Eiffel. Ukuran bangunan berskala 1: 25 dengan yang asli. Sehingga akan menarik wisatawan untuk datang ke Kota Mungkid.

Menurut rencana, juga akan dibangun bangunan tempat ibadah yang terkenal di dunia sebagai penunjang, yaitu Masjidil Haram, Kuil Surgawi, St Peter, Masjid Nabawi, St Basil, Kuil Emas, dan Pura Besakih.

Untuk itu, memerlukan lahan 16 ha dan investasi waktu itu diperkirakan perlu Rp 135.234.485.000. Proyek ini akan mempercepat pertumbuhan keramaian Kota Mungkid dan kemakmuran rakyat.

Upaya lain adalah menata kembali permukiman yang ada sesuai dengan RUTK Kota Mungkid, sehingga tercipta kawasan unik, sejuk, sehat, dan berbudaya. Untuk menghidupkan Kota Mungkid, ada usulan untuk mengalihkan jalur angkutan umum dari arah Yogyakarta. Selain itu, ada juga saran dan usul dari warga yaitu menarik kontraktor dan developer perumahan untuk membangun beberapa perumahan di Kota Mungkid. Sehingga nantinya, kota ini akan semakin ramai dan barulah membangun fasilitas kota seperti mall, swalayan, pasar, pertokoan seperti pecinan Kota Magelang dan terminal bus.

Adapun usulan lain, sesampai di pertigaan Palbapang, angkutan umum harus belok ke kiri menuju Mendut, pertigaan Sawitan, Kalinegoro, Tanjunganom, Pakelan, dan tembus ke pertigaan Mertoyudan. Rute ini pernah dibuka sebagai jalur alternatif pada musim lebaran, terutama ketika volume kendaraan di jalan raya Magelang-Keprekan benar-benar padat. Dengan pengalihan seperti ini, ruas jalan di wilayah Kota Mungkid menjadi sangat padat.

Proses pemindahan ibu kota kabupaten, yang belum sepenuhnya tuntas, juga perlu dirampungkan. Misalnya dengan menjual belasan aset bangunan/tanah di Kota Magelang, untuk menambah daya dobrak dalam membangun wilayah-wilayah kabupaten. Pada tahun 2011, pemindahan kantor Mako polres Kabupaten Magelang yang berada di Jagoan Kota Magelang tengah dilakukan. Kini gedung Mako Polres baru telah dibangun megah di Sawitan Kota Mungkid, tinggal menunggu peresmiannya saja.

Tempat Menarik

  • Kolam Renang Karet, Mendhut
  • Loka Wisata Candi Mendhut
  • Lapangan Drh. Soepardi Kota Mungkid
  • Pertokoan
  • Museum Haji Widayat
  • Wisata Arung Jeram Kali ELo
  • Wisata Outbond dan Orang Utan Rambeanak

Fasilitas Kota


  • Mako Polres Kabupaten Magelang
  • Kantor Dinas Pemerintahan
  • Kantor Sekreariat Pemerintah Kabupaten Magelang
  • Vihara
  • Masjid Agung An-Nuur
  • Lapangan Drh. Soepardi
  • Puskesmas
  • Cabang Bank
  • Kantor Pengadilan
  • Kantor Kejaksaan
  • Kantor Samsat
  • Kantor Pos
  • Pegadaian
  • Perkantoran Swasta
  • Badan Pelayanan Kemasyarakatan
  • PLN, Telkom, PDAM
  • GOR Gemilang
  • SPBU
  • Pertokoan
  • Sekolah

Akan Dipenuhi

Pada hari jadi Kota Mungkid yang ke 28, Bupati Magelang Ir. Singgih Sanyoto mengemukakan, fasilitas umum yang menjadi kebutuhan kawasan ibukota, secara bertahap dan terencana akan dipenuhi. Pada tahun 2012, pembangunan jembatan Banar di atas sungai Elo dan RSUD di daerah Sawitan dapat segera dimulai kegiatannya, karena anggarannya sudah dialokasikan Rp 13 miliar dalam APBD Kabupaten Magelang. Bahkan, dalam rangka pelestarian dan pengembangan budaya, akan didirikan SMK dengan jurusan Seni dan Budaya yang kemudian dilanjutkan dengan pembangunan Fakultas Seni dan Budaya Universitas Tidar Magelang.
Selain itu, Pemerintah Kabupaten Magelang juga berencana membangun sebuah Stadion Sepakbola seluas 2,5 hektar di wilayah Bumirejo, tepatnya di Jalan Soekarno Hatta Kota Mungkid.

Sekolah

Sekolah Dasar

  • SD Negeri Deyangan 1
  • SD Negeri Deyangan 2
  • SD Negeri Deyangan 3
  • SD Negeri Deyangan 4
  • SD Negeri Sawitan
  • SD Negeri Mendhut 1
  • SD Negeri Mendhut 2
  • SD Islam Nglerep Deyangan
  • SD Negeri Pasuruhan 1
  • SD Negeri Pasuruhan 2
  • SD Negeri Blondo 1
  • SD Negeri Blondo 2
  • SD Megeri Blondo 3

Sekolah Menengah Pertama

Sekolah Menengah Atas/Kejuruan

Perguruan Tinggi

  • Sekolah Tinggi Ilmu Theologi

Desa/kelurahan

  1. Deyangan
  2. Mendut
  3. Ngrajek (masih dalam tahap rencana perluasan)
  4. Sawitan
  5. Pasuruhan (masih dalam tahap rencana perluasan)
  6. Rambeanak (masih dalam tahap rencana perluasan)
 
Kecamatan
Bandongan • Borobudur • Candimulyo • Dukun • Grabag • Kajoran • Kaliangkrik • Mertoyudan • Mungkid • Muntilan • Ngablak • Ngluwar • Pakis • Salam • Salaman • Sawangan • Secang • Srumbung • Tegalrejo • Tempuran • Windusari
Lambang Kabupaten Magelang


Sumber :
id.wikipedia.org, ilmu-pendidikan.com, wiki.kuliah-karyawan.com, dsb.