Sri Susuhunan Pakubuwana XIII bersama permaisuri GKR Pakoe Boewono berjalan menuju Siti Hinggil
Keraton Surakarta ketika acara kirab Tingalandalem Jumenengan.
SISKS Pakubuwana XIII (Bahasa Jawa: Sri Susuhunan Pakubuwono XIII) adalah gelar yang mewakili Sunan Kasunanan Surakarta yang ke-13; yang awalnya diklaim oleh 2 pihak. Setelah meninggalnya Pakubuwana XII tanpa putra mahkota yang jelas karena ia tidak memiliki Ratu yang formal (permaisuri), maka dua putra Pakubuwana XII dari ibu yang berbeda saling mengakui tahta ayahnya. Putra yang tertua, Hangabehi, oleh keluarga didaulat sebagai penguasa keraton (istana) dan keluarga juga secara sepihak mengusir Pangeran Tejowulan; dua-duanya mengklaim pemangku tahta yang sah, dan masing-masing menyelenggarakan acara pemakaman ayahnya secara terpisah. Akan tetapi, konsensus keluarga telah mengakui bahwa Hangabehi yang diberi gelar SISKS Pakubuwana XIII. Pada tanggal 18–19 Juli 2009 diselenggarakan upacara di keraton untuk merayakan pengangkatan tahta dengan iringan Tari Bedhaya Ketawang yang biasanya hanya ditampilkan khusus pada acara ini saja. Para tamu yang hadir terdiri dari tamu penting lokal dan asing dan juga Pangeran Tejowulan. Namun saat ini konflik dua Raja Kembar telah usai setelah Pangeran Tejowulan melemparkan tahta Pakubuwana kepada kakaknya yakni Pangeran Hangabehi dalam sebuah rekonsiliasi resmi yang di prakarsai oleh Pemerintah Kota Surakarta bersama DPR-RI, dan Pangeran Tejowulan sendiri menjadi mahapatih (pepatih dalem) dengan gelar KGPHPA (Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Panembahan Agung).
Kehidupan
Dalam buku Angger-angger dan Perubahan Zaman yang diterbitkan Yayasan Pawiyatan Kabudayan Keraton Surakarta tahun 2004 menyebutkan, dari seorang garwa ampil Sinuhun Pakubuwana XII bernama KRAy Pradapaningrum, telah lahir seorang anak lelaki tertua pada Senin, 28 Juni 1948, dengan nama GRM Suryadi. Karena sakit-sakitan, neneknya yang permaisuri Sinuhun Pakubuwana XI bernama GKR Pakoe Boewono, mengganti nama sang cucu dengan GRM Suryo Partono seperti lazimnya masyarakat kebanyakan mengikuti petuah spiritual dalam adat Jawa. Ketika sudah dewasa dan Sinuhun Pakubuwana XII bersama komunitas keraton berada di alam republik, paugeran atau pranata adat lalu menetapkan anak lelaki tertua di antara 35 anak yang lahir dari 6 garwa ampil itu untuk menyandang nama Hangabehi dengan gelar Kanjeng Gusti Pangeran Haryo. Artinya, dia adalah seorang pangeran tertua yang disiapkan menjadi putera mahkota atau calon penerus tahta di Keraton Surakarta.
Semasa muda, Hangabehi gemar bermain keyboard dan juga pandai menciptakan beberapa lagu sebagai koleksi pribadinya, Sinuhun juga menghabiskan masa lapang dengan berolahraga seperti bowling dan mengendarai motor besar. Hangabehi menjalankan tugasnya sebagai Yang Dipertuan Pemangku Tahta Adat Kasunanan Surakarta dan semua aktivitas kebudayaan Jawa yang ada di Tanah Jawa. Hangabehi selain menerima beberapa anugerah tertinggi dari beberapa lembaga institusi maupun negara asing, ia juga mendapat gelar Doktor Kehormatan dari Universitas Global (GULL, Amerika Serikat).
Kini, setelah konflik internal keraton usai, Hangabehi sebagai Pakubuwana XIII mencoba merangkul seluruh keluarga keraton (sentana dalem) yang bertikai, terutama keluarga yang menolak rekonsiliasi PB XIII dan Tejowulan, untuk rujuk dan saling memaafkan. Selain itu, bersama Pangeran Tejowulan, ia bertekad untuk memperbaiki seluruh isi keraton, baik secara fisik maupun aspek lainnya, demi mengembalikan wibawa Keraton Surakarta sebagai benteng penjaga budaya.
Lihat pula
Referensi
Sumber :
id.wikipedia.org, diskusi.biz, wiki.ggkarir.com, dsb.