Penerimaan Mahasiswa Baru Kelas Malam, Kelas Online, Kelas Karyawan

Cari di Buku Kuliah Dunia Berbahasa Indonesia   
Indeks Artikel: A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 +.- Daftar isi | Manual book
Artikel sebelumnya  (Kabupaten Pakpak Bharat)(Kabupaten PandeglangArtikel berikutnya

Kabupaten Pamekasan

Kabupaten Pamekasan
Lambang Kabupaten Pamekasan.png
Lambang Kabupaten Pamekasan
Motto: Jawa Madu Ganda Magesti Tunggal
Madura Mekkas Jatna Paksa Jenneng Dibbi


Locator kabupaten pamekasan.png
Peta lokasi Kabupaten Pamekasan
Koordinat: 6°51–7°31 LS dan 113°19–113°58 BT
ProvinsiJawa Timur
Dasar hukum-
Tanggal-
Ibu kotaPamekasan
Pemerintahan
 - BupatiKH. Kholilur Rahman bin Hasan Abdul Wafi
 - DAURp. 702.610.217.000.-(2013)[1]
Luas732,85 km2
Populasi
 - Total740.000 jiwa (2003)
 - Kepadatan1.009,76 jiwa/km2
Demografi
 - Kode area telepon0324
Pembagian administratif
 - Kecamatan13
 - Kelurahan178 desa dan 11 kelurahan
 - Situs webwww.pamekasan.info

Kabupaten Pamekasan adalah sebuah kabupaten di Pulau Madura, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Pamekasan. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Selat Madura di selatan, Kabupaten Sampang di barat, dan Kabupaten Sumenep di timur.

Kabupaten Pamekasan terdiri atas 13 kecamatan, yang dibagi lagi atas 178 desa dan 11 kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Pamekasan.

Daftar isi

Sejarah

Kemunculan sejarah pemerintahan lokal Pamekasan, diperkirakan baru diketahui sejak pertengahan abad ke-15 berdasarkan sumber sejarah tentang lahirnya mitos atau legenda Aryo Menak Sunoyo yang mulai merintis pemerintahan lokal di daerah Proppo atau Parupuk. Jauh sebelum munculnya legenda ini, keberadaan Pamekasan tidak banyak dibicarakan. Diperkirakan, Pamekasan merupakan bagian dari pemerintahan Madura di Sumenep yang telah berdiri sejak pengangkatan Arya Wiraraja pada tanggal 13 Oktober 1268 oleh Kertanegara. Kabupaten Pamekasan lahir dari proses sejarah yang cukup panjang. Istilah Pamekasan sendiri baru dikenal pada sepertiga abad ke-16, ketika Ronggosukowati mulai memindahkan pusat pemerintahan dari Kraton Labangan Daja ke Kraton Mandilaras. Memang belum cukup bukti tertulis yang menyebutkan proses perpindahan pusat pemerintahan sehingga terjadi perubahan nama wilayah ini. Begitu juga munculnya sejarah pemerintahan di Pamekasan sangat jarang ditemukan bukti-bukti tertulis apalagi prasasti yang menjelaskan tentang kapan dan bagaimana keberadaannya.

Jika pemerintahan lokal Pamekasan lahir pada abad 15, tidak dapat disangkal bahwa kabupaten ini lahir pada jaman kegelapan Majapahit yaitu pada saat daerah-daerah pesisir di wilayah kekuasaan Majapahit mulai merintis berdirinya pemerintahan sendiri. Berkaitan dengan sejarah kegelapan Majapahit tentu tidak bisa dipungkiri tentang kemiskinan data sejarah karena di Majapahit sendiri telah sibuk dengan upaya mempertahankan bekas wilayah pemerintahannya yang sangat besar, apalagi saat itu sastrawan-sastrawan terkenal setingkat Mpu Prapanca dan Mpu Tantular tidak banyak menghasilkan karya sastra. Sedangkan pada kehidupan masyarakat Madura sendiri, nampaknya lebih berkembang sastra lisan dibandingkan dengan sastra tulis Graaf (2001) menulis bahwa orang Madura tidak mempunyai sejarah tertulis dalam bahasa sendiri mengenai raja-raja pribumi pada zaman pra-islam.

Tulisan-tulisan yang kemudian mulai diperkenalkan sejarah pemerintahan Pamekasan ini pada awalnya lebih banyak ditulis oleh penulis Belanda sehingga banyak menggunakan Bahasa Belanda dan kemudian mulai diterjemahkan atau ditulis kembali oleh sejarawan Madura, seperti Zainal fatah ataupun Abdurrahman. Memang masih ada bukti-bukti tertulis lainnya yang berkembang di masyarakat, seperti tulisan pada daun lontar atau Layang Madura, namun demikian tulisan pada layang inipun lebih banyak menceritakan sejarah kehidupan para Nabi (Rasul) dan sahabatnya, termasuk juga ajaran-ajaran agama sebagai salah satu sumber pelajaran agama bagi masyarakat luas.

Masa pencerahan sejarah lokal Pamekasan mulai terungkap sekitar paruh kedua abad ke-16, ketika pengaruh Mataram mulai masuk di Madura, terlebih lagi ketika Ronggosukowati mulai mereformasi pemerintahan dan pembangunan di wilayahnya. Bahkan, raja ini disebut-sebut sebagai raja Pertama di Pamekasan yang secara terang-terangan mulai mengembangkan Agama Islam di kraton dan rakyatnya. Hal ini diperkuat dengan pembuatan jalan Se Jimat, yaitu jalan-jalan di Alun-alun kota Pamekasan dan mendirikan Masjid Jamik Pamekasan. Namun demikian, sampai saat ini masih belum bisa diketemukan adanya inskripsi ataupun prasasti pada beberapa situs peninggalannya untuk menentukan kepastian tanggal dan bulan pada saat pertama kali ia memerintah Pamekasan.

Bahkan zaman pemerintahan Ronggosukowati mulai dikenal sejak berkembangnya legenda kyai Joko Piturun, pusaka andalan Ronggosukowati yang diceritakan mampu membunuh Pangeran Lemah Duwur dari Aresbaya melalui peristiwa mimpi. Padahal temuan ini sangat penting karena dianggap memiliki nilai sejarah untuk menentukan Hari Jadi Kota Pamekasan.

Terungkapnya sejarah pemerintahan di Pamekasan semakin ada titik terang setelah berhasilnya invansi Mataram ke Madura dan merintis pemerintahan lokal dibawah pengawasan Mataram. Hal ini dikisahkan dalam beberapa karya tulis seperti Babad Mataram dan Sejarah Dalem serta telah adanya beberapa penelitian sejarah oleh Sarjana barat yang lebih banyak dikaitkan dengan perkembangan sosial dan agama, khususnya perkembangan Islam di Pulau Jawa dan Madura, seperti Graaf dan TH. Pigeaud tentang kerajaan Islam pertama di Jawa dan Bendatentang Matahari Terbit dan Bulan Sabit, termasuk juga beberapa karya penelitian lainnya yang menceritakan sejarah Madura. Masa-masa berikutnya yaitu masa-masa yang lebih cerah sebab telah banyak tulisan berupa hasil penelitian yang didasarkan pada tulisan-tulisan sejarah Madura termasuk Pamekasan dari segi pemerintahan, politik, ekonomi, sosial dan agama, mulai dari masuknya pengaruh Mataram khususnya dalam pemerintahan Madura Barat (Bangkalan dan Pamekasan), masa campur tangan pemerintahan Belanda yang sempat menimbulkan pro dan kontra bagi para Penguasa Madura, dan menimbulkan peperangan Pangeran Trunojoyo dan Ke’ Lesap, dan terakhir pada saat terjadinya pemerintahan kolonial Belanda di Madura. Pada masa pemerintahan Kolonial Belanda inilah, nampaknya Pamekasan untuk perkembangan politik nasional tidak menguntungkan, tetapi disisi lain, para penguasa Pamekasan seperti diibaratkan pada pepatah Buppa’, Babu’, Guru, Rato telah banyak dimanfaatkan oleh pemerintahan Kolonial untuk kerentanan politiknya. Hal ini terbukti dengan banyaknya penguasa Madura yang dimanfaatkan oleh Belanda untuk memadamkan beberapa pemberontakan di Nusantara yang dianggap merugikan pemerintahan kolonial dan penggunaan tenaga kerja Madura untuk kepentingan perkembangan ekonomi Kolonial pada beberapa perusahaan Barat yang ada didaerah Jawa, khususnya Jawa Timur bagian timur (Karisidenan Basuki). Tenaga kerja Madura dimanfaatkan sebagai tenaga buruh pada beberapa perkebunan Belanda. Orang-orang Pamekasan sendiri pada akhirnya banyak hijrah dan menetap di daerah Bondowoso. Walaupun sisi lain, seperti yang ditulis oleh peneliti Belanda masa Hindia Belanda telah menyebabkan terbukanya Madura dengan dunia luar yang menyebabkan orang-orang kecil mengetahui system komersialisasi dan industrialisasi yang sangat bermanfaat untuk gerakan-gerakan politik masa berikutnya dan muncul kesadaran kebangsaan, masa Hindia Belanda telah menorehkan sejarah tentang pedihnya luka akibat penjajahan yang dilakukan oleh bangsa asing. Memberlakukan dan perlindungan terhadap system apanage telah membuat orang-orang kecil di pedesaan tidak bisa menikmati hak-haknya secara bebas. Begitu juga ketika politik etis diberlakukan, rakyat Madura telah diperkenalkan akan pentingnya pendidikan dan industri, tetapi disisi lain, keuntungan politik etis yang dinikmati oleh rakyat Madura termasuk Pamekasan harus ditebus dengan hancurnya ekologi Madura secara berkepanjangan, atau sedikitnya sampai masa pemulihan keadaan yang dipelopori oleh Residen R. Soenarto Hadiwidjojo. Bahwa pencabutan hak apanage yang diberikan kepada para bangsawan dan raja-raja Madura telah mengarah kepada kehancuran prestise pemegangnya yang selama beberapa abad disandangnya.

Perkembangan Pamekasan, walaupun tidak terlalu banyak bukti tertulis berupa manuskrip ataupun inskripsi nampaknya memiliki peran yang cukup penting pada pertumbuhan kesadaran kebangsaan yang mulai berkembang di negara kita pada zaman Kebangkitan dan Pergerakan Nasional. Banyak tokoh-tokoh Pamekasan yang kemudian bergabung dengan partai-partai politik nasional yang mulai bangkit seperti Sarikat Islam dan Nahdatul Ulama diakui sebagai tokoh nasional. Kita mengenal Tabrani, sebagai pencetus Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan yang mulai dihembuskan pada saat terjadinya Kongres Pemuda pertama pada tahun 1926, namun terjadi perselisihan faham dengan tokoh nasional lainnya di kongres tersebut. Pada Kongres Pemuda kedua tahun 1928 antara Tabrani dengan tokoh lainnya seperti Mohammad Yamin sudah tidak lagi bersilang pendapat.

Pergaulan tokoh-tokoh Pamekasan pada tingkat nasional baik secara perorangan ataupun melalui partai-partai politik yang bermunculan pada saat itu, ditambah dengan kejadian-kejadian historis sekitar persiapan kemerdekaan yang kemudian disusul dengan tragedi-tragedi pada zaman pendudukan Jepang ternyata mampu mendorong semakin kuatnya kesadaran para tokoh Pamekasan akan pentingnya Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang kemudian bahwa sebagian besar rakyat Madura termasuk Pamekasan tidak bisa menerima terbentuknya negara Madura sebagai salah satu upaya Pemerintahan Kolonial Belanda untuk memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa.

Melihat dari sedikitnya, bahkan hampir tidak ada sama sekali prasasti maupun inskripsi sebagai sumber penulisan ini, maka data-data ataupun fakta yang digunakan untuk menganalisis peristiwa yang terjadi tetap diupayakan menggunakan data-data sekunder berupa buku-buku sejarah ataupun Layang Madura yang diperkirakan memiliki kaitan peristiwa dengan kejadian sejarah yang ada. Selain itu diupayakan menggunakan data primer dari beberapa informan kunci yaitu para sesepuh Pamekasan.

Saat ini nama pamekasan sedang naik daung dengan kehadiran klub sepak Bola Profesional Persepam madura United , yang saejak kompetisi 2012/2013 masuk dalam Indonesia Super League (ISL)info lebih lengkap seilahkan cek http://kabarpmu.com

Pemerintahan

Kabupaten Pamekasan terdiri dari 13 kecamatan, 11 kelurahan dan 178 desa. Kecamatan-Kecamatan di kabupaten ini yaitu:

  • Kecamatan Batu Marmar
  • Kecamatan Galis
  • Kecamatan Kadur
  • Kecamatan Larangan
  • Kecamatan Pademawu
  • Kecamatan Pakong
  • Kecamatan Palengaan
  • Kecamatan Pamekasan
  • Kecamatan Pasean
  • Kecamatan Pegantenan
  • Kecamatan Proppo
  • Kecamatan Tlanakan
  • Kecamatan Waru

Kontroversi

Pada isu daging babi menjadi bahan pada bakso yang dijual, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Pamekasan memastikan wilayahnya bebas dari peredaran bakso oploson yang dicampur daging babi karena tingkat konsumsi masyarakat masih relatif kecil dan hanya menggunakan daging sapi atau daging ayam.[2] Proses penggilingan terpusat pun mengakibatkan hal ini mudah dipantau.[3]

Tokoh dari Pamekasan

  • Hadi Purnomo, Ketua Badan Pemeriksa Keuangan RI, 2009-2014
  • Didik J. Rachbini, Ketua PAN
  • Mahfud MD, Prof., Dr.. Ketua Mahkamah Konstitusi RI

Pendidikan

UNIVERSITAS

  • Akademi Keperawatan Pamekasan
  • STAIN Pamekasan
  • UIM (Universitas Islam Madura)
  • Universitas Madura (UNIRA)
  • STAI Al-Khairat Pamekasan
  • STAI Miftahul Ulum
  • Yayasan An-Nasyiin

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)/SEDERAJAT

  • MTsN Model Sumber Bungur Pamekasan 3
  • SMPN 1 PAMEKASAN
  • SMPN 2 PAMEKASAN
  • SMPN 3 PAMEKASAN
  • SMPN 4 PAMEKASAN
  • SMPN 5 PAMEKASAN
  • SMPN 6 PAMEKASAN
  • SMPN 7 PAMEKASAN
  • SMPN 8 PAMEKASAN
  • SMPN 1 PALENGAAN
  • SMPN 2 PALENGAAN
  • SMP NURUL ISTIQLAL PALENGAAN DAYA
  • SMP ISLAM DARUL KAROMAH LARANGAN LUAR
  • MTsN PARTEKER PAMEKASAN
  • MTsN PADEMAWU 1 PAMEKASAN
  • MTs SIROJUT THOLIBIN PALENGAAN
  • SMP MUHAMMADIYAH
  • SMP SSN MANDIRI AL-Miftah Terpadu Panyepen
  • MTs. Hidayatul Mubtadiin Pancoran Barat Kadur
  • MTs. Miftahul Ulum Panyepen

SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)/SEDERAJAT

  • MA. Sumber Bungur Pakong Pamekasan
  • SMAN 1 PAMEKASAN
  • SMAN 2 PAMEKASAN
  • SMAN 3 PAMEKASAN
  • SMAN 4 PAMEKASAN
  • SMAN 1 GALIS PAMEKASAN
  • SMAN 5 PAMEKASAN
  • SMAN 1 Pademawu
  • MAN PAMEKASAN
  • MAN JUCANGCANG PAMEKASAN
  • SMA MUHAMMADIYAH
  • MA Miftahul Ulum Panyepen
  • MA SIROJUT THOLIBIN PALENGAAN
  • MA NURUL ULUM PALENGAAN
  • MA NURUL ISTIQLAL PALENGAAN
  • SMK Al-Miftah Panyepen
  • SMA SSN AL-Miftah Panyepen

Pesantren

  • Pondok Pesantren Sumber Bungur Pakong Pamekasan
  • Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Pancoran Barat Kadur
  • Pondok Pesantren Darul Ulum Banyuanyar
  • Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata
  • Pondok Pesantren Miftahul Ulum Bettet
  • Pondok Pesantern An-Nasyiin Grujugan
  • Pondok pesantren Al-Miftah Panyepen
  • Pondok Pesantren Al-Falah Sumber Gayam Kadur
  • Pondok Pesantren Miftahul Ulum Sumber Jati
  • Pondok Pesantren Tahfidzil Qur'an Bangkes
  • Pondok Pesantren Miftahul Khoir Cenlecen Pakong
  • Pondok Pesantren Ummul Quro As-suyuty Plakpak
  • Pondok Pesantren Sirojut Tholibin Taman Sari
  • Pondok Pesantren Nurul Ulum Karang Manggis
  • Pondok Pesantren Darul Karomah Larangan Luar

Seni Budaya

Tradisi

Pertunjukan

  • tari Pecot
  • tari samper nyecceng
  • tari dhanggak
  • tari rondhing
  • tari mekar sareh
  • tari sekar kedaton
  • tari topeng gethak
  • gamelan tabuan kenek
  • remo mekassan
  • sronin
  • ol-dhaol

kriya

  • batik tulis di Kecamatan Proppo, Kecamatan Palengaan, [[Kecamatan Pamekasan

Permainan rakyat

  • Karapan Sapi Pasangan sapi jantan
  • Kontes Sapi Sonok Pasangan sapi betina

Kuliner

  • Sate Kambing Pamekasan
  • Sate Lalat atau Sate Laler(sate dengan ukuran daging yang kecil)
  • Rujak Cingur
  • Rawon
  • Soto Pamekasan
  • minuman Ta’al/Legen/Siwalan
  • Krepek Tangguk
  • Krepek Tette
  • Kaldu Kokot

Tempat-tempat wisata

  • Pantai Talang Siring, Kecamatan Montok
  • Pantai Jumiang, Kecamatan Pademawu
  • Pantai Batu Kerbuy
  • Api tak kunjung padam / Jhengkah
  • Makam Batuampar
  • Vihara Avalokitesara
  • Situs Pangeran Rangga Sukawati
  • Candi Burung, Kecamatan Proppo
  • Museum Daerah
  • Pasar Batik Joko Tole
  • Pasar 17 Agustus
  • Campor Lorjuk Jumiang

Even wisata

  • Pekan Budaya Madura

Monumen

  • Monumen Arek Lancor, Pamekasan
  • Monumen Proklamasi, Pamekasan

Referensi

  1. ^ "Perpres No. 10 Tahun 2013". 2013-02-04. Retrieved 2013-02-15. 
  2. ^ KBR68H Pamekasan Bebas Peredaran Bakso Oplosan
  3. ^ KBR68H Pamekasan Bebas Peredaran Bakso Oplosan

Pranala luar

  • (Inggris) Tempat wisata di Pamekasan
  • (Indonesia) Informasi Kabupaten Pamekasan
  • (Indonesia) Berita Seputar Madura Terkini
  • (Indonesia) Situs Resmi Pemerintah Kabupaten Pamekasan
  • (Inggris) Madura Island for Travellers
  • (Inggris) Kabar Persepam Madura United


Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur
 
Kecamatan
Batu Marmar • Galis • Kadur • Larangan • Pademawu • Pakong • Palengaan • Pamekasan • Pasean • Pegantenan • Proppo • Tlanakan • Waru
Lambang Kabupaten Pamekasan
 
 
Kabupaten
Bangkalan  • Banyuwangi  • Blitar  • Bojonegoro  • Bondowoso  • Gresik  • Jember  • Jombang  • Kediri  • Lamongan  • Lumajang  • Madiun  • Magetan  • Malang  • Mojokerto  • Nganjuk  • Ngawi  • Pacitan  • Pamekasan  • Pasuruan  • Ponorogo  • Probolinggo  • Sampang  • Sidoarjo  • Situbondo  • Sumenep  • Trenggalek  • Tuban  • Tulungagung
Lambang Porvinsi Jawa Timur "Jer Basuki Mawa Bea"
 
Kota
Batu  • Blitar  • Kediri  • Madiun  • Malang  • Mojokerto  • Pasuruan  • Probolinggo  • Surabaya
 


Sumber :
id.wikipedia.org, andrafarm.com, wiki.kurikulum.org, dsb.