Ali Sastroamidjojo
Ali Sastroamidjojo, SH | |
---|---|
Perdana Menteri Indonesia ke-8 | |
Masa jabatan 30 Juli 1953 – 11 Agustus 1955 | |
Presiden | Soekarno |
Didahului oleh | Wilopo |
Digantikan oleh | Burhanuddin Harahap |
Masa jabatan 20 Maret 1956 – 9 April 1957 | |
Presiden | Soekarno |
Didahului oleh | Burhanuddin Harahap |
Digantikan oleh | Djuanda Kartawidjaja |
Menteri Pertahanan Republik Indonesia ke-9 | |
Masa jabatan 24 Maret 1956 – 9 April 1957 | |
Presiden | Soekarno |
Didahului oleh | Burhanuddin Harahap |
Digantikan oleh | Djuanda Kartawidjaja |
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia ke-4 | |
Masa jabatan 3 Juli 1947 – 4 Agustus 1949 | |
Presiden | Soekarno |
Didahului oleh | Soewandi |
Digantikan oleh | Sarmidi Mangunsarkoro |
Informasi pribadi | |
Lahir | 21 Mei 1903 Grabag, Magelang, Hindia Belanda |
Meninggal | 13 Maret 1976 Jakarta, Indonesia |
Kebangsaan | Indonesia |
Partai politik | Partai Nasional Indonesia |
Profesi | Politikus |
Agama | Islam |
Ali Sastroamidjojo, SH (EYD: Ali Sastroamijoyo) (lahir di Grabag, Magelang, 21 Mei 1903 – meninggal di Jakarta, 13 Maret 1976 pada umur 72 tahun) adalah tokoh politik, pemerintahan, dan nasionalis. Ia mendapatkan gelar Meester in de Rechten (sarjana hukum) dari Universitas Leiden, Belanda pada tahun 1927. Ia juga adalah Perdana Menteri Indonesia ke-8 yang sempat dua kali menjabat pada periode 1953-1955 (Kabinet Ali Sastroamidjojo I) dan 1956-1957 (Kabinet Ali Sastroamidjojo II).
Selain itu, Ali juga sempat menjabat sebagai Wakil Menteri Penerangan pada Kabinet Presidensial I, Menteri Pengajaran pada Kabinet Amir Sjarifuddin I, Amir Sjarifuddin II, serta Hatta I, dan Wakil Ketua MPRS pada Kabinet Kerja III, Kerja IV, Dwikora I, dan Dwikora II.
Semasa bersekolah, aktif dalam organisasi pemuda, seperti halnya organisasi Jong Java (1918-1922) dan Perhimpunan Indonesia (1923-1928). Karena aktivitasnya, ia ditahan pada tahun 1927 oleh Polisi Belanda bersama-sama dengan Mohammad Hatta, Natzir Dt. Pamuncak, dan Abdulmajid. Pada tahun 1928, bersama-sama dengan Mr. Soejoedi membuka kantor pengacara, dan bersama dr. Soekiman, menerbitkan majalah Djanget di Surakarta. Kemudian ia masuk Partai Nasionalis Indonesia (PNI) pimpinan Bung Karno, lalu masuk Gerindo saat PNI dibubarkan oleh Mr. Sartono. Setelah kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 1945, ia masuk kembali ke organisasi PNI.
Setelah Perang Dunia II usai, ia meneruskan aktivitasnya di lapangan politik dan pemerintahan, antara lain menjadi Menteri Pengajaran dalam Kabinet Amir Syarifuddin (Juli 1947) dan Kabinet Hatta (Januari 1948). Ia kemudian menjabat sebagai wakil ketua delegasi Republik Indonesia dalam perundingan dengan Belanda (Februari 1948) dan menjadi anggota delegasi Republik Indonesia dalam perundingan Konferensi Meja Bundar. Setelah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia, ia diangkat menjadi Duta Besar Republik Indonesia di Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko (1950-1955). Selain itu, ia juga diangkat menjadi ketua umum Konferensi Asia Afrika di Bandung pada tahun 1955, wakil tetap Indonesia di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) (1957-1960), dan menjadi ketua umum PNI (1960-1966).
Selain menjadi tokoh politik, ia juga rajin mempublikasikan pikirannya, antara lain pada Pengantar Hukum Internasional (1971), Politik Luar Negeri Indonesia Dewasa Ini (1972), otobiografi Tonggak-tonggak Perjalananku (1974), dan Empat Mahasiswa Indonesia di Negeri Belanda (1975).
Jabatan politik | ||
---|---|---|
Sebelumnya: Soewandi | Menteri Pengajaran 1947 - 1948 | Digantikan oleh: tidak ada |
Sebelumnya: tidak ada | Menteri Pendidikan dan Kebudayaan 1948 - 1949 | Digantikan oleh: Teuku Mohammad Hassan |
Sebelumnya: Wilopo | Perdana Menteri Indonesia ke 8 1953–1955 | Digantikan oleh: Burhanuddin Harahap |
Sebelumnya: Burhanuddin Harahap | Perdana Menteri Indonesia ke 10 1956–1957 | Digantikan oleh: Djuanda Kartawidjaja |
|
id.wikipedia.org, andrafarm.com, wiki.andrafarm.com, dsb.