Kabupaten Aceh Tamiang
Kabupaten Aceh Tamiang | |||
Lambang Kabupaten Aceh Tamiang Moto: Kaseh pape setie mati | |||
Peta lokasi Kabupaten Aceh Tamiang Koordinat: 03°53-04°32' LU dan 97°44'- 98°18' BT | |||
Provinsi | Aceh | ||
Dasar hukum | UURI Nomor 4 Tahun 2002 | ||
Tanggal | 10 April 2002 | ||
Ibu kota | Karang Baru | ||
Pemerintahan | |||
- Bupati | H. Hamdan Sati, ST[1] | ||
- DAU | Rp. 423.677.588.000,-(2013)[2] | ||
Luas | 1.957,02 km2 | ||
Populasi | |||
- Total | 251.914 jiwa (2010) | ||
- Kepadatan | 128,72 jiwa/km2 | ||
Demografi | |||
- Kode area telepon | 0641 | ||
Pembagian administratif | |||
- Kecamatan | 12 | ||
- Kelurahan | 128 | ||
- Situs web | www.acehtamiangkab.go.id |
Kabupaten Aceh Tamiang adalah salah satu kabupaten di Provinsi Aceh, Indonesia.
Kabupaten yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh Timur ini terletak di perbatasan Aceh-Sumatera Utara. Istilah "Tamiang" berasal dari kata Da Miang. Sejarah menunjukkan tentang eksistensi wilayah Tamiang seperti prasasti Sriwijaya, kemudian ada riwayat dari Tiongkok karya Wee Pei Shih yang mencatat keberadaan negeri Kan Pei Chiang (Tamiang), atau Tumihang dalam Kitab Nagarakretagama. Daerah ini juga dikenal dengan nama Bumi Muda Sedia, sesuai dengan nama Raja Muda Sedia yang memerintah wilayah ini selama 6 tahun (1330-1336). Raja ini mendapatkan Cap Sikureung dan hak Tumpang Gantung dari Sultan Aceh atas wilayah Karang dan Kejuruan Muda pada masa itu.
Kabupaten ini berada di jalur timur Sumatera yang strategis dan hanya berjarak lebih kurang 250 km dari Kota Medan sehingga akses serta harga barang di kawasan ini relatif lebih murah daripada daerah Aceh lainnya. Di samping itu, kawasan ini relatif lebih aman semasa GAM berjaya dahulu. Ketika seruan mogok oleh GAM diberlakukan di seluruh Aceh, hanya kawasan ini khususnya Kota Kuala Simpang yang aktivitas ekonominya tetap berjalan.
Daftar isi
Potensi
Kabupaten Aceh Tamiang merupakan kawasan kaya minyak dan gas, meski jumlahnya tidak sebesar Kabupaten Aceh Utara, dan kawasan ini juga merupakan salah satu pusat perkebunan kelapa sawit di Aceh. Di samping itu, Aceh Tamiang juga mengandalkan sektor angkutan karena posisinya yang strategis, dan angkutan air merupakan salah satu primadona alternatif karena kabupaten ini dialiri dua sungai besar yakni Sungai Tamiang (yang terpecah menjadi Simpang Kiri dan Simpang Kanan) dan Sungai Kaloy. Kabupaten Aceh Tamiang juga mengandalkan sektor pertanian, industri pengolahan dan perdagangan.
Kabupaten Aceh Tamiang memiliki beberapa tempat wisata yang hingga saat ini perlu penataan yang serius dan dikelola dengan baik. Air Terjun Tujuh Tingkat, Bendungan, Gua Walet, Pantai Seruway adalah beberapa contoh tempat wisata di Aceh Tamiang yang perlu mendapatkan perhatian untuk dapat dikelola menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah.
Demografi
Kabupaten Aceh Tamiang merupakan pecahan dari Kabupaten Aceh Timur dan merupakan satu-satunya kawasan di Aceh yang banyak bermukim etnis Melayu (60%). Walaupun dalam jumlah populasi suku Jawa (20%) lebih banyak dibandingkan dengan etnis Melayu, namun dalam pemerintahan orang Melayu lebih dominan. Selain kedua etnis tersebut, suku Aceh (15%) juga banyak dijumpai di kabupaten ini.[3]
Pemerintahan
Bupati
Penjabat Bupati Ishak Djuned menggantikan Abdul Latief yang dilantik Gubernur Aceh Abdullah Puteh, tanggal 28 Agustus 2004. Bupati yang sekarang adalah Abdul Latief bersama wakilnya Awaluddin sebagai hasil Pilkada untuk masa bakti 2007-2012.
Kecamatan
Referensi
Sumber
- ^ Pimpinan Aceh Tamiang
- ^ "Perpres No. 10 Tahun 2013". 2013-02-04. Diakses 2013-02-15.
- ^ http://www.ihssrc.com/index.php?optio n=com_content&task=view&id=11 8&Itemid=1
Lihat pula
Pranala luar
- (Indonesia) Situs Bappeda Aceh Tamiang
|
|
ensiklopedia.web.id, wiki.program-reguler.co.id, id.wikipedia.org, dsb.