B25
B25 | |
---|---|
B25 / NIS233 | |
Sumber tenaga: Uap | |
Perusahaan pembuat: | Esslingen, Jerman |
Nomor seri: | B25 / NIS233 |
Model: | B25 |
Tanggal dibuat: | 1902 |
Jumlah dibuat: | 28 |
Data teknis | |
Roda | |
Konfigurasi: | 0-4-2RT |
Susunan roda AAR: | B-1 |
Klasifikasi UIC: | B'1 |
Dimensi | |
Lebar sepur: | 1.067 mm |
Diameter roda: | 853 mm |
Panjang: | 8180 mm |
Lebar: | 2670 mm |
Berat | |
Berat kosong: | 31 ton |
Bahan bakar dan kapasitas | |
Jenis bahan bakar: | Kayu jati |
Silinder | |
Ukuran silinder: | 340/390 X 450 mm |
Transmisi dan kinerja | |
Kecepatan maksimum: | 40 km/jam |
Daya mesin: | 450 HP |
Jari-jari lengkung terkecil: | 170 m |
Karier | |
Perusahaan pemilik: | Pemilik asli: Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij |
Lokomotif B25 adalah lokomotif uap yang pernah dimiliki oleh Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij. Lokomotif ini diproduksi oleh pabrik Esslingen, Jerman. Kini, lokomotif B25 yang masih dapat dioperasikan adalah lokomotif seri B2502 dan B2503. Lokomotif ini memiliki susunan gandar B'1.
Sejarah
Kota Ambarawa merupakan basis militer pemerintah Hindia Belanda di Jawa Tengah. Karena itu pemerintah Hindia Belanda mewajibkan pembangunan jalur kereta api melintasi kota ini, sebagai syarat pemberian izin bagi perusahaan Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) untuk membangun jalur kereta api dari Semarang hingga Yogyakarta. Pada tanggal 21 Mei 1873, dibukalah jalur kereta api antara Kedungjati hingga Ambarawa, bersamaan dengan dibukanya jalur utama antara Semarang dan Yogyakarta melalui Solo.
Pada tahun 1905 dibukalah jalur kereta api antara Yogyakarta dan Ambarawa via Magelang. Wilayah yang berbukit-bukit menyebabkan jalur kereta api perlu menggunakan “gigi” untuk membantu lokomotif menanjak. Tanpa gigi, sebuah lokomotif uap paling-paling bisa mendaki tanjakan dengan kecuraman 5%, artinya kenaikan 5 meter setiap jarak horizontal 100 meter, itu pun dengan kesulitan. Penggunaan gigi memungkinkan tanjakan seberat 6,5% untuk dapat dilalui, meskipun dengan kecepatan 10 km/jam dan kecepatan 30 km/jam untuk jalur datar.
Lokomotif B25 buatan Esslingen,Jerman, ini dikirim ke Indonesia pada tahun 1902 dengan susunan gandar 0-4-2RT. Masih ada dua lokomotif seri B25 yang bisa beroperasi hingga kini, yaitu B25-02 dan B25-03. Keduanya ditempatkan di dipo lokomotif Ambarawa, tempat mereka bertugas selama lebih dari seratus tahun. Lokomotif B25-01 juga masih dapat ditemukan di pintu masuk Museum Kereta api/Stasiun Ambarawa. Inilah satu-satunya jenis lokomotif uap bergerigi yang beroperasi di pulau Jawa. Di pulau Sumatera, ada beberapa saudara sepupu lokomotif ini yang jauh lebih besar, untuk menghela gerobak-gerobak pengangkut batubara, yaitu lokomotif D18 dan E10.
Lokomotif ini memerlukan bahan bakar berupa potongan kayu jati untuk mendidihkan air yang akan menggerakkan piston-piston untuk menggerakkan rangkaian kereta api. Lokomotif B25 memiliki empat silinder, dua diantaranya hanya dipergunakan untuk menggerakkan roda gigi di tengah-tengahnya, untuk mendaki jalur bergigi dan menahan kecepatan kereta api saat menuruni turunan yang curam. Pada umumnya, orang Indonesia pasti pernah melihat salah satu dari lokomotif B25 ini. Selama beberapa tahun iklan suatu produk mie instant sempat menggunakan B25 sebagai bintangnya.Tak lupa, film produksi bersama Indonesia-Belanda, “Oeroeng, menampilkan beberapa adegan di dipo lokomotif Ambarawa.
Galeri
Lihat pula
- Dipo lokomotif
- Diesel elektrik
- Industri Kereta Api Madiun
- Daftar kecelakaan kereta api di Indonesia
- Kereta Api Indonesia
- Kereta api ringan
Pranala luar
- (Indonesia) Situs web resmi PT Kereta Api Indonesia (Persero)
- (Belanda) Archief NISM
|
Kategori: |
id.wikipedia.org, informasi.web.id, wiki.gilland-ganesha.com, dsb.